8.000-an Korban Keracunan Ternyata Cuma 0,0017 Persen Seja, Prabowo Minta Program MBG Lanjut!

3 days ago 19
Penampakan menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) biang keracunan massal 365 orang (Kiri) dan salah satu siswi SMK Sukowati Gemolong jadi korban keracunan massal MBG (Kanan) saat dirawat di salah satu rumah sakit setempat || Huri Yanto

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Presiden Prabowo Subianto buka suara soal merebaknya kasus keracunan massal pada program makan bergizi gratis (MBG). Di hadapan ribuan kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam penutupan Musyawarah Nasional ke-6, Senin (29/9/2025), Prabowo mengakui adanya kekurangan dalam pelaksanaan program unggulannya tersebut. Namun ia menegaskan manfaat MBG jauh lebih besar daripada persoalan yang muncul.

Prabowo memaparkan, hingga akhir September 2025 program MBG telah menyentuh sekitar 30 juta anak sekolah dan ibu hamil. Meski muncul lebih dari 8.600 kasus keracunan dalam beberapa pekan terakhir, ia menilai jumlah itu setara 0,0017 persen dari total penerima. “Bahwa ada kekurangan iya, ada keracunan iya. Tapi dari total makanan yang keluar, kesalahan itu hanya 0,0017 persen,” kata Prabowo di Hotel Sultan, Jakarta.

Prabowo juga menyebut, capaian MBG dalam 11 bulan terakhir lebih cepat dibandingkan program serupa di Brasil. Menurutnya, Presiden Brasil membutuhkan waktu 11 tahun untuk menjangkau 47 juta penerima manfaat, sedangkan Indonesia sudah berhasil mendistribusikan MBG kepada 30 juta penerima hanya dalam waktu kurang dari satu tahun.

Kendati begitu, Prabowo menekankan perlunya penguatan sistem pengawasan dan peningkatan standar dapur MBG. Ia memerintahkan agar Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) menggunakan peralatan masak berteknologi modern, melakukan uji makanan sebelum distribusi, serta menjaga higienitas dapur. “Standar operasional harus diperketat supaya kejadian serupa tak terulang,” ujarnya.

Pemerintah juga menggelar rapat koordinasi lintas kementerian pada 28 September 2025 di Kementerian Kesehatan Jakarta. Rapat tersebut dihadiri Menko Bidang Pangan Zulkifli Hasan, Menkes Budi Gunadi Sadikin, Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana, Mendagri Tito Karnavian, dan sejumlah pejabat kunci lainnya. Hasilnya, pemerintah menyepakati enam langkah perbaikan. Di antaranya menutup sementara dapur MBG bermasalah, mengevaluasi disiplin dan kapasitas juru masak, mewajibkan sertifikat laik higienis untuk setiap SPPG, serta mengaktifkan peran puskesmas dan UKS dalam pemantauan rutin.

Namun kebijakan penutupan sementara dapur MBG yang bermasalah menuai kritik dari Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI). Koordinator Nasional JPPI, Ubaidi Matraji, menilai pendekatan ini hanya tambal sulam dan belum menyasar akar masalah. “Kalau hanya menutup sementara tanpa memperbaiki sistem, risiko keracunan akan terus berulang,” ujarnya.

Sejak awal September 2025, kasus keracunan MBG meningkat tajam. Kabupaten Bandung Barat menjadi daerah dengan jumlah korban terbesar, mencapai 1.309 anak. Total nasional menurut catatan JPPI pada 27 September 2025 mencapai 8.649 anak, bertambah 3.289 kasus dalam dua pekan terakhir.

Prabowo tetap optimistis program MBG akan kembali berjalan lancar dengan pengetatan pengawasan dan pembenahan manajemen dapur. Ia menargetkan jangkauan penerima MBG pada 2025 meningkat menjadi 82,9 juta orang. “Program ini intervensi penting bagi pemenuhan gizi anak-anak dan ibu hamil. Kita harus perbaiki yang kurang, bukan menghentikannya,” pungkasnya. [*] Disarikan dari sumber berita media daring

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |