Agenda Lengkap Lawatan Trump ke 3 Negara Timur Tengah Pekan Ini

6 hours ago 7

TEMPO.CO, Jakarta - Pekan ini, agenda kunjungan Presiden Amerika Serikat Donald Trump selain Arab Saudi juga meliputi persinggahan di Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA). Dalam ketiga lawatannya tersebut, perhatian utamanya diarahkan pada upaya memperoleh investasi besar di sektor kecerdasan buatan, industri penerbangan, persenjataan, serta berbagai bidang lainnya.

Arab Saudi (13–14 Mei 2025)

Trump tiba di Riyadh pada Selasa, 13 Mei dan disambut oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Keduanya menandatangani kesepakatan kemitraan ekonomi strategis yang mencakup sektor energi, pertahanan, dan kerja sama antariksa antara NASA dan Badan Antariksa Saudi. Arab Saudi juga berkomitmen untuk meningkatkan investasi di Amerika Serikat hingga mencapai triliunan dolar dalam empat tahun ke depan.

Dalam pertemuan bersejarah, Trump bertemu dengan Presiden interim Suriah Ahmad al-Sharaa yang menandai pertemuan pertama antara pemimpin AS dan Suriah dalam 25 tahun terakhir.

Dilansir dari AP News, pertemuan ini berlangsung di sela-sela agenda Trump dengan para pemimpin Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), menandai perubahan besar bagi Suriah yang kini masih beradaptasi pasca berakhirnya lebih dari 50 tahun kekuasaan otoriter keluarga Assad. Ini menjadi momen penting bagi al-Sharaa, mengingat ia sebelumnya pernah menjadi buronan Amerika Serikat dengan hadiah tangkapan sebesar 10 juta dolar AS.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Usai pertemuan, Trump memuji al-Sharaa di hadapan para jurnalis, menyebutnya sebagai sosok pria tangguh, petarung dengan masa lalu yang kuat.

Dengan nama perangnya, Abu Mohammed al-Golani, al-Sharaa diketahui pernah memiliki hubungan dengan al-Qaida dan bergabung dengan kelompok pemberontak yang melawan pasukan AS di Irak sebelum akhirnya terlibat dalam perang Suriah. Ia bahkan sempat ditahan selama beberapa tahun oleh pasukan AS di sana.

Dalam kedatangannya, Trump turut mengumumkan rencana pencabutan sanksi terhadap Suriah dan mendorong negara tersebut untuk bergabung dalam Perjanjian Abraham, perjanjian bersejarah yang membuat UEA dan Bahrain mengakui Israel pada masa pemerintahan Trump sebelumnya. Sebelumnya, utusan khusus Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff menyatakan bahwa Trump berkeinginan untuk memperluas cakupan Perjanjian Abraham.

Namun, dialog dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS), sempat tertunda akibat eskalasi militer Israel di Gaza pada akhir 2023. Pihak Saudi menegaskan bahwa kemajuan menuju solusi dua negara menjadi syarat mutlak sebelum proses normalisasi bisa dilanjutkan. Dalam kunjungannya kali ini, Trump diperkirakan akan mengajukan sebuah kerangka perdamaian yang didukung AS guna mengakhiri konflik Gaza dan membuka kembali peluang diplomatik untuk kerja sama regional.

Penekanan terhadap kerja sama ekonomi menjadi sorotan utama di tengah situasi di mana Amerika Serikat mengalami kontraksi ekonomi pertamanya dalam tiga tahun terakhir pada kuartal pertama 2025. Presiden Trump juga memberikan sinyal bahwa ia ingin mengubah pendekatan AS dalam menyikapi sengketa penamaan wilayah Teluk Persia, dengan kemungkinan akan menyebutnya sebagai "Teluk Arab" atau "Gulf of Arabia."

Qatar (14 Mei 2025)

Setelah menghadiri KTT GCC, Trump melanjutkan kunjungannya ke Qatar. Di Doha, ia bertemu dengan Emir Tamim bin Hamad Al Thani dan mengumumkan kesepakatan pembelian sekitar 160 pesawat Boeing oleh Qatar Airways. Trump juga menghadiri jamuan makan malam kenegaraan di Istana Lusail. 

Qatar, yang menampung pangkalan militer terbesar milik Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah, akan menjadi lokasi pertemuan antara Presiden Trump dan Emir Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani. Dalam pertemuan tersebut, topik yang dibahas diperkirakan mencakup kerja sama pertahanan serta stabilitas keamanan di wilayah tersebut.

Mengingat kedekatannya dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad, Qatar kemungkinan akan mendorong Trump untuk mempertimbangkan pelonggaran sanksi terhadap Suriah. Sebagai aktor penting dalam diplomasi regional, Qatar juga diprediksi akan mengajak Trump berperan dalam mendorong tercapainya gencatan senjata di Gaza.

Uni Emirat Arab (15–16 Mei 2025)

Di Uni Emirat Arab, Trump dijadwalkan bertemu dengan Mohammed bin Zayed Al Nahyan guna membahas peluang investasi di sejumlah sektor strategis seperti kecerdasan buatan, semikonduktor, energi, dan manufaktur. UEA sendiri baru-baru ini mengumumkan program investasi senilai US$1,4 triliun yang difokuskan pada sektor-sektor tersebut di Amerika Serikat dalam sepuluh tahun ke depan.

Selain itu, Trump diperkirakan akan mencabut sejumlah pembatasan ekspor teknologi tinggi yang diberlakukan pada masa pemerintahan Biden. UEA menargetkan untuk memperoleh akses terhadap microchip dan teknologi AI dari AS sebagai bagian dari ambisinya menjadi pusat kekuatan kecerdasan buatan global pada 2030.

Menariknya, Israel tidak termasuk dalam rangkaian kunjungan Trump di kawasan Teluk, meskipun perang di Gaza semakin memanas. Sejak gencatan senjata runtuh pada Maret 2025, Israel meningkatkan operasi militernya sambil menyuarakan kekhawatiran atas berkurangnya dukungan dari Amerika Serikat.

Berbagai laporan menunjukkan adanya ketegangan yang kian meningkat antara Trump dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Pemerintahan Trump tampaknya memilih untuk mengambil langkah sendiri dalam kebijakan Timur Tengah tanpa menunggu koordinasi dengan Israel.

Menurut Analis Israel Ori Goldberg, dalam wawancara dengan Al Jazeera, ketidakpercayaan antara Trump dan Netanyahu telah mencapai tingkat yang signifikan, dengan kebijakan Israel saat ini yang mulai menyimpang dari arah yang diinginkan Trump.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |