SIDOARJO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Tragedi ambruknya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, yang menelan banyak korban, memunculkan keprihatinan mendalam sekaligus mendorong pemerintah melakukan langkah korektif. Kementerian Agama (Kemenag) meminta masyarakat tetap menaruh kepercayaan pada pesantren, sembari berkomitmen memperbaiki tata kelola pembangunan sarana pendidikan keagamaan.
Kepala Biro Humas dan Komunikasi Publik Kemenag, Thobib Al Asyhar, menegaskan pesantren merupakan institusi pendidikan Islam yang telah berakar kuat dalam sejarah Indonesia. “Pesantren adalah pusat pengembangan ilmu, budaya, dan pembentukan karakter. Musibah ini jangan sampai mengurangi kepercayaan masyarakat pada pesantren,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (3/10/2025).
Thobib menambahkan, Pondok Pesantren Al Khoziny memiliki sejarah panjang. Lembaga ini berdiri lebih dari satu abad lalu dan pernah menjadi tempat belajar sejumlah ulama besar, termasuk KH Hasyim Asy’ari. Karena itu, Kemenag menilai penting untuk menjaga kepercayaan publik agar para orang tua tidak ragu menitipkan anak-anaknya di pesantren.
Sejalan dengan itu, Menteri Agama Nasaruddin Umar yang meninjau langsung lokasi kejadian menekankan perlunya aturan khusus terkait pembangunan pesantren dan madrasah. Menurutnya, tragedi ini menjadi pelajaran penting agar aspek keselamatan santri tidak lagi terabaikan. “Kami akan merumuskan ketentuan yang memastikan pembangunan lembaga pendidikan keagamaan mematuhi standar konstruksi sesuai peraturan pemerintah,” tegasnya, Selasa (30/9/2025).
Ia menyebut, Kemenag akan bekerja sama dengan kementerian teknis, khususnya Kementerian PUPR, untuk menyusun panduan pembangunan yang dapat dijadikan acuan oleh pengelola pesantren. “Kami bukan ahli bangunan, karena itu akan melibatkan pihak terkait. Tujuannya jelas, jangan sampai musibah serupa terulang,” imbuhnya.
Selain perhatian terhadap aspek fisik bangunan, Menag juga menyoroti kondisi psikologis para santri dan keluarga korban. Pendampingan emosional, menurutnya, menjadi langkah awal penting agar mereka bisa segera bangkit. “Pendekatan pertama adalah stabilisasi emosi, agar kita semua dapat berpikir jernih dan objektif dalam mencari solusi terbaik,” ujarnya.
Dalam kunjungan itu, Menag menyalurkan bantuan sebesar Rp610 juta guna mendukung pemulihan kondisi pesantren dan para korban. Dukungan juga datang dari Baznas dan sejumlah pihak lain.
Sementara itu, data BPBD Jawa Timur pada Jumat (3/10/2025) mencatat total korban mencapai 167 orang. Dari jumlah itu, 118 orang berhasil ditemukan: 103 selamat, 14 meninggal dunia, dan satu tidak memerlukan perawatan. Sebanyak 14 orang masih dirawat intensif, 89 santri sudah dipulangkan, dan satu dirujuk ke RS Mojokerto. Namun, 49 orang lain masih dalam pencarian tim SAR gabungan.
Pengasuh Pesantren, Abdul Salam Mujib, menjelaskan bahwa bangunan yang ambruk masih dalam tahap renovasi. Pengecoran atap lantai tiga dilakukan sejak pagi hingga siang pada hari kejadian. Sekitar pukul 15.00 WIB, atap tersebut ambruk dan menimpa ratusan santri yang tengah melaksanakan salat Asar di musala lantai dua.
Tragedi ini diduga akibat pondasi bangunan yang tidak kokoh. Pemerintah berharap musibah di Al Khoziny menjadi momentum perbaikan menyeluruh, agar keamanan dan kenyamanan santri di pesantren di seluruh Indonesia dapat lebih terjamin. [*] Disarikan dari sumber berita media daring
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.