Cerita Keluarga yang 9 Tahun Tinggal di Kapal Layar dan Keliling Dunia

13 hours ago 8

TEMPO.CO, Jakarta - Hidup di atas kapal menjadi impian Sara Rice, 41, dan suaminya, Lee, 45. Sekitar 11 tahun lalu, pasangan dari Australia itu pun mulai mewujudkan mimpi itu dengan memutuskan membeli sebuah kapal.

Sara dan Lee sama-sama tumbuh dengan berselancar dan tinggal di tepi pantai. Itu sebabnya mereka selalu ingin tinggal di atas kapal. Ketika mereka kehilangan orang tua, mereka semakin menyadari bahwa hidup ini terlalu singkat. "Kami ingin menjelajahi dunia bersama anak-anak kami dan tidak menunggu hingga kami pensiun," kata Sara. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada 2014, Sara dan Lee membeli kapal layar sepanjang 45 kaki seharga $15.000 AUD atau sekitar Rp 160,8 juta. Bersama dengan kedua anak, Taj, 20, dan Bella, 18, mereka pun melakukan uji coba kapal dengan melakukan pelayaran selama enam bulan di sepanjang pantai timur Australia. Pada Mei 2016, mereka mulai hidup lebih sederhana, menjual mobil, dan berlayar.

Pelayaran uji coba itu membuat mereka tambah jatuh cinta dengan gaya hidup di laut. Mereka pun mengeluarkan anak-anak dari sekolah untuk mulai bertualang. Pengembaraan mereka membawa mereka ke seluruh Australia, lalu ke Indonesia, dan mereka menghabiskan lima tahun berikutnya menjelajahi Asia Tenggara. "Itu luar biasa," kata Sara.

Keinginan mereka tak sampai di situ. Sara dan Lee ingin menjelajah lautan lebih jauh lagi. Tiga tahun lalu, mereka membeli kapal layar yang lebih besar, dengan panjang 53 kaki seharga $40.000 atau sekitar Rp 428 juta. Kini telah melanjutkan kehidupan pelayaran mereka di sekitar Meksiko dan Kosta Rika.

Menikmati Kehidupan Laut

Sara, seorang kreator konten dari Gold Coast, Australia, sangat menikmati kehidupan itu. "Bisa berselancar dan bangun setiap pagi sungguh menakjubkan," kata dia, seperti dilansir Mirror, 6 Mei 2025.

Di laut, kata Sara, mereka memiliki rasa bebas. Anak-anak dapat hidup sederhana. Keluarga itu juga tak perlu berutang untuk membeli rumah dan mobil. Setiap kali memikirkan kehidupan di daratan, ia menjadi sedikit stres. "Kehidupan orang-orang begitu sibuk, mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan," kata dia. 

Namun, saat anak-anak tumbuh, mereka merasa perlu menciptakan ruang tambahan. Meskipun kehidupan di laut menyenangkan, keluarga tersebut memiliki kesulitan. "Kami sering berdebat. Solusi kami untuk apa pun adalah melompat ke laut."

Kehidupan di Laut 

Hidup di laut tak membuat mereka kesulitan mendapatkan bahan makanan. Mereka mencari makanan sendiri dengan cara menangkap ikan menggunakan tombak dan pakai perahu karet kecil untuk ke daratan guna mengambil persediaan.

Bagaimana dengan sekolah anak-anak mereka? Sara mengatakan bahwa anak-anak belajar langsung dari alam. "Kelas anak-anak adalah dunia itu sendiri, karena mereka bersekolah di rumah di tengah-tengah budaya yang beragam," kata dia. 

Menurut Sara, cara dia dan suami membesarkan anak-anak adalah impian yang luar biasa. "Mereka telah memiliki pengalaman hidup yang luar biasa. Itu adalah cara yang unik untuk tumbuh dewasa. Ini adalah cara yang indah untuk menikmati semuanya dan memiliki perspektif yang berbeda."

Menyelam dan Berselancar

Perjalanan dengan kapal layar membawa mereka menjelajahi sebagian kecil pulau-pulau di Asia Tenggara, bahkan sampai ke tempat-tempat terpencil. Hari-hari mereka dipenuhi dengan petualangan menyelam dan berselancar. "Saya sangat senang kami dapat menikmati momen-momen ini sebagai sebuah keluarga. Kami telah berlayar ke delapan negara," ujar Sara.

Pelayaran mereka tidak selalu mulus. Ada kalanya kapal mereka menghadapi badai dan bikin stres. Tapi menurut Sara, ia tidak terlalu terbebani dibandingkan dengan kehidupan mereka sebelumnya yang terkurung daratan. "Senangnya sangat senang dan sedihnya sangat sedih," katanya. 

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |