Fakta Terbaru Musala Ponpes Sidoarjo Ambruk: Korban Meninggal Jadi 5

12 hours ago 9
Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Bangunan musala tiga lantai di asrama putra Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, ambruk pada Senin (29/9) sore.

Saat kejadian, ada puluhan hingga ratusan santri sedang melaksanakan Salat Ashar berjemaah di gedung yang masih dalam tahap pembangunan tersebut. Proses evakuasi masih dilakukan hingga Rabu (1/10) lalu.

CNNIndonesia.com merangkum sejumlah kabar terkait peristiwa itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Korban meninggal jadi 5 orang

Korban meninggal dunia ambruknya gedung tiga lantai termasuk musala di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur kembali bertambah. Dengan demikian total korban tewas saat ini tercatat menjadi lima orang per Rabu (1/10) malam.

Direktur Operasi pencarian dan Pertolongan Basarnas RI Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo selaku SAR Mission Coordinator (SMC) mengatakan pada operasi pencarian hari ke-3 ini, tim rescue berhasil mengevakuasi 7 korban dari reruntuhan.

Dari jumlah itu, lima korban ditemukan dalam kondisi selamat dan mengalami luka-luka. Sedangkan dua lainnya meninggal dunia.

"Pada hari ini kita telah berhasil mengevakuasi tujuh korban dengan rincian lima selamat dan dua dalam kondisi meninggal dunia," kata Bramantyo di Posko SAR Gabungan, Rabu (1/10) malam.

Dua korban dievakuasi lebih dulu dari sektor A1 atau bagian depan reruntuhan di sisi kiri. Keduanya yakni Mr X yang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia pada pukul 14.42 WIB, ia ditemukan dalam kondisi meninggal dunia dengan bersujud.

Berikutnya adalah korban HK yang dievakuasi dalam kondisi selamat pukul 15.52 WIB.

Tim SAR Gabungan kemudian kembali menemukan korban selamat secara atas nama WH pukul 16.05 WIB, korban selamat atas nama PTRA pada 18.02 WIB, dan FTH pukul 18.40 WIB dan RSI pada pukul 20.22.

Para korban selamat itu kemudian dirujuk ke RSUD RT Notopuro Sidoarjo untuk mendapatkan pertolongan. Terutama SF yang mengalami cedera fraktur atau patah tulang.

Lalu, petugas juga mengevakuasi satu korban tewas yang belum diketahui identitasnya pada pukul 18.17 WIB. Diperkirakan masih ada puluhan orang yang terjebak di reruntuhan.

Kejar golden time

Basarnas mengejar golden time atau rentang waktu kritis dalam proses evakuasi santri yang jadi korban.

"Jadi kita mengharapkan operasi bisa segera kita selesaikan. Saat ini kita mengejar golden time, karena dimungkinkan dari golden time inilah yang kita detect masih ada kehidupan ini masih memungkinkan untuk bisa kita selamatkan dalam kondisi hidup," kata Kepala Basarnas Marsekal Madya Mohammad Syafii.

Syafii menyebut sesuai teori golden time rentang waktunya hingga 72 jam pascakejadian.

"Sesuai teori memang 72 jam, namun saat kita sudah bisa menyentuh korban, kita sudah bisa suplai minuman vitamin, bahkan infus, memungkinkan yang bersangkutan bisa bertahan lebih lama," kata dia.

Alat berat tak bisa digunakan

Basarnas tidak bisa menggunakan alat berat untuk mengevakuasi korban yang tertimpa bangunan.

Kepala Sub Direktorat Pengarahan dan Pengendalian Operasi Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia Basarnas, Emi Freezer, mengatakan ada dampak lanjutan apabila alat berat digunakan.

"Kemudian pada saat kita posisi untuk mengangkat beban pada akses A1 untuk membuat celah agar bisa bekerja lebih maksimal, namun ternyata memberikan dampak pada sisi reruntuhan yang ada bersambungan dengan gedung yang ada di depan," kata Emi dalam konferensi pers

Emi menjelaskan reruntuhan gedung itu dibagi menjadi tiga sektor atau zona. Sektor pertama ialah A1 yang berada di bagian depan, sektor kedua atau A2 berada di bagian belakang, sedangkan sektor A3 terletak di bagian atas reruntuhan.

Berdasarkan kesulitan yang dihadapi di lapangan, ia menjelaskan target utama yang dikerjakan SAR gabungan adalah menyisir titik-titik yang tidak bisa diakses langsung. Setidaknya terdapat 6 titik yang belum bisa dijangkau tim penyelamat.

Gempa Sumenep berdampak

Gempa magnitudo 6,5 yang mengguncang wilayah Sumenep, Jawa Timur, Senin (30/9) pukul 23.49 WIB malam berdampak ke reruntuhan musala Ponpes Sidoarjo. Emi menyebut, dampak gempa itu membuat celah tempat korban terjebak, menjadi menyempit.

"Sebelum kegempaan posisi bordes (garis batas celah) kurang lebih sekitar 15 cm dari surface atau dari lantai. Dengan posisi korban masih bisa bisa menggerakkan kepala. Namun setelah pasca kegempaan semalam, posisi Bordes turun signifikan. Kurang lebih 10 cm," kata Emi.

Dengan menyempitnya celah reruntuhan itu, Emi mengatakan kondisi korban yang terjebak tentu makin terhimpit dan tertekan material.

"Sekarang kita bayangkan berapa diameter lingkar kepala untuk anak usia rata-rata remaja. Ini kurang lebih sekitar 10 sampai 12 cm," ucapnya.

(yoa/dal)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |