Friedrich Merz Terpilih Jadi Kanselir Jerman

14 hours ago 11

TEMPO.CO, Jakarta -Pemimpin partai konservatif Friedrich Merz terpilih sebagai kanselir Jerman dalam putaran kedua pemungutan suara parlemen. Kemenangan itu dia peroleh usai aliansi barunya dengan Partai Sosial Demokrat (SPD) yang berhaluan kiri-tengah mengalami kekalahan yang mengejutkan dalam upaya putaran pertama.

Dilansir dari Aljazeera, kegagalan Merz untuk mendapatkan dukungan parlemen dalam putaran pertama pemungutan suara merupakan yang pertama bagi Jerman pascaperang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Merz berhasil memperoleh 325 suara dalam putaran kedua pemungutan suara pada Selasa. Dia membutuhkan mayoritas 316 dari 630 suara dalam pemungutan suara. Dalam putaran pertama, dia hanya memperoleh 310 suara, jauh di bawah 328 kursi yang dimiliki oleh koalisinya.

Setelah pemungutan suara, pria berusia 69 tahun itu menuju ke Istana Bellevue untuk dicalonkan secara resmi oleh Presiden Frank-Walter Steinmeier. 

Kemudian, Merz akan kembali ke Gedung Reichstag yang bersejarah di jantung Kota Berlin untuk mengambil sumpah jabatan untuk menjadi kanselir Jerman ke-10 sejak berakhirnya Perang Dunia II.

Aliansi konservatif yang dipimpin Merz dari Persatuan Demokratik Kristen (CDU) dan Persatuan Sosial Kristen (CSU) telah memuncaki pemilihan nasional pada bulan Februari dengan 28,5 persen suara. Tetapi, mereka masih membutuhkan setidaknya satu mitra koalisi untuk membentuk pemerintahan mayoritas.

Pada Senin lalu, CDU dan CSU mencapai kesepakatan dengan Partai Sosial Demokrat (SPD), yang memperoleh 16,4 persen suara dalam pemilihan setelah runtuhnya pemerintahan Olaf Scholz tahun lalu.

Kesepakatan mereka telah memetakan rencana untuk menghidupkan kembali pertumbuhan, seperti mengurangi pajak perusahaan dan menurunkan harga energi. Kesepakatan tersebut juga menjanjikan dukungan yang kuat bagi Ukraina saat negara itu berjuang untuk mengusir invasi Rusia, dan pengeluaran militer yang lebih tinggi.

Pemilihan kanselir baru juga akan mencakup kebijakan perdagangan konfrontatif Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan isu-isu domestik seperti bangkitnya partai sayap kanan anti-imigran Alternatif untuk Jerman (AfD).

Koalisi ‘Tidak Bersatu’

Dominic Kane dari Aljazeera, yang melaporkan dari Berlin, mengatakan kegagalan Merz untuk menang dalam putaran pertama pemungutan suara menunjukkan bahwa “tidak semuanya baik-baik saja di ketiga partai yang sekarang berkuasa”.

“Dia (Merz) memulai jabatan barunya ini, mengetahui bahwa anggota koalisinya sendiri memberikan suara menentangnya,” katanya.

Para ahli mengatakan kegagalan Merz untuk mendapatkan dukungan untuk jabatan kanselirnya pada upaya pertama merupakan hal yang memalukan bagi seorang tokoh yang telah berjanji untuk memulihkan kepemimpinan Jerman di panggung dunia.

“Seluruh Eropa memandang Berlin hari ini dengan harapan bahwa Jerman akan menegaskan kembali dirinya sebagai jangkar stabilitas dan kekuatan pro-Eropa,” kata kepala kantor Berlin dari lembaga pemikir Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri, Jana Puglierin. “Harapan itu telah pupus. Dengan konsekuensi yang jauh melampaui batas negara kita.”

Orang dalam partai mengatakan pada Senin lalu bahwa Merz akan segera mengamankan suara mayoritas meskipun ada pihak yang di kedua partai koalisi tentang nominasi kabinet, kompromi kebijakan, dan paket pinjaman besar yang didorong melalui parlemen lama di hari-hari terakhirnya.

"Ini menunjukkan bahwa koalisi tidak bersatu, yang dapat melemahkan kemampuannya untuk menjalankan kebijakan," ujar Kepala ekonom Berenberg Bank, Holger Schmieding, di London.

Gaya Merz yang kasar dan tidak menentu, yang tidak pernah memegang jabatan pemerintah, juga menjadi sorotan. Merz dinilai gagal meyakinkan beberapa orang bahwa dia cocok menjadi kanselir.

"Hubungan antara kedua partai akan rusak parah karena ini dan (itu akan) memperburuk konflik yang sudah menggelegak di bawah permukaan," tutur ahli politik Universitas Hanover, Philipp Koeker.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |