Hamas akan Bebaskan Sandera AS Terakhir yang Masih Hidup di Gaza

6 hours ago 9

TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok Palestina Hamas mengatakan pada Ahad bahwa mereka akan membebaskan sandera Israel-Amerika Serikat Idan Alexander sebagai bagian dari upaya yang sedang berlangsung untuk mencapai gencatan senjata di Gaza.

Seperti dilansir Anadolu, Hamas mengatakan bahwa sebagai bagian dari upaya yang dilakukan oleh para mediator untuk mencapai gencatan senjata, kelompok tersebut telah melakukan pembicaraan dengan pemerintah AS selama beberapa hari terakhir dan bahwa mereka menyatakan "tingkat positif yang tinggi."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Alexander, seorang prajurit IDF yang bertugas di unit infanteri elit di perbatasan Gaza, diketahui sebagai sandera Amerika terakhir yang tersisa di Gaza yang masih hidup.

Pembebasannya, kata pernyataan Hamas, akan menjadi salah satu dari beberapa langkah yang bertujuan untuk memfasilitasi gencatan senjata, membuka kembali penyeberangan perbatasan dan mengizinkan bantuan kemanusiaan dan pasokan bantuan ke Jalur Gaza.

Hamas juga menyatakan kesediaannya untuk memasuki negosiasi segera dan intensif yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata akhir, pertukaran tahanan yang disepakati bersama, dan pembentukan badan profesional independen untuk memerintah Gaza.

Kelompok itu mengatakan bahwa kerangka kerja seperti itu akan membantu memastikan ketenangan dan stabilitas jangka panjang di samping rekonstruksi dan pencabutan blokade Israel.

Hamas juga memuji upaya mediasi yang sedang berlangsung oleh Qatar dan Mesir serta Turki.

Israel memperkirakan bahwa 59 tawanan masih berada di Gaza, termasuk 21 orang yang diyakini masih hidup. Sementara itu, lebih dari 9.900 warga Palestina dipenjara di Israel, di mana kelompok-kelompok hak asasi manusia melaporkan penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis yang meluas, yang mengakibatkan beberapa kematian.

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa AS memberi tahu Israel tentang niat Hamas untuk membebaskan Alexander sebagai isyarat niat baik kepada Washington dan "tanpa syarat atau imbalan apa pun."

Kantor Netanyahu mengatakan langkah tersebut diharapkan akan mengarah pada negosiasi mengenai pembebasan tawanan tambahan berdasarkan proposal awal dari utusan khusus Presiden AS Donald Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, yang sebelumnya disetujui Israel.

Pernyataan tersebut menambahkan bahwa Israel sedang mempersiapkan kemungkinan pembebasan tersebut akan terjadi.

"Sesuai dengan kebijakan Israel, negosiasi akan berlangsung di bawah tekanan, dengan komitmen penuh untuk mencapai semua tujuan perang," katanya.

Tidak ada komentar langsung dari pejabat AS atau Palestina mengenai pernyataan tersebut. Situs berita Israel Walla mengutip pejabat Israel yang mengatakan bahwa Tel Aviv berkewajiban untuk menerapkan gencatan senjata sementara untuk memastikan pembebasan Alexander.

Harian Israel Hayom melaporkan bahwa gencatan senjata tersebut diperkirakan hanya berlangsung beberapa jam. Dikatakan pula bahwa Israel akan mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza sebagai bagian dari pengaturan pembebasan Alexander, yang diharapkan akan berlangsung dalam 48 jam ke depan.

Mengutip sumber Israel yang tidak disebutkan namanya, Israel Hayom mengatakan Tel Aviv akan membuka perlintasan perbatasan untuk memfasilitasi pengiriman bantuan ke Gaza sebagai bagian dari proses tersebut, sembari juga menyatakan bahwa tidak ada tahanan Palestina yang akan dibebaskan sebagai ganti pembebasan Alexander.

Channel 13 melaporkan bahwa Israel bukan merupakan pihak dalam perjanjian tersebut dan baru diberitahu setelah kesepakatan tersebut dikoordinasikan.

Channel 12, mengutip sumber Israel yang tidak disebutkan namanya, melaporkan bahwa beberapa hari terakhir ini muncul tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Hamas dapat membebaskan Alexander, meskipun Israel tidak terlibat dalam negosiasi tersebut.

Pembebasan yang diantisipasi tersebut terjadi menjelang tur Trump yang dijadwalkan ke Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab mulai Selasa hingga Jumat. Rencana perjalanan tersebut tidak termasuk kunjungan ke Israel.

Perjalanan tersebut dilakukan di tengah laporan tentang meningkatnya ketegangan antara Trump dan Netanyahu, termasuk laporan bahwa Trump telah memutus komunikasi langsung karena adanya kecurigaan bahwa Netanyahu memanipulasi pemerintahan AS.

Proposal Witkoff pada Maret mencakup pembebasan lima tawanan Israel dengan imbalan gencatan senjata selama 50 hari, pembebasan tahanan Palestina, pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan dimulainya negosiasi untuk tahap kedua, menurut media Israel.

Hamas sebelumnya mengatakan pihaknya tidak menolak rencana Witkoff dan menuduh Netanyahu memulai kembali perang untuk menyabotase perjanjian tersebut.

Lebih dari 52.800 warga Palestina telah tewas di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perangnya di daerah kantong tersebut.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |