Kenapa Israel Blokade Bantuan Kemanusiaan Ke Gaza?

8 hours ago 10

TEMPO.CO, Jakarta -Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mendesak agar blokade pangan di Jalur Gaza oleh Israel yang sudah berlangsung selama sembilan minggu segera dihentikan. Aksi biadab Israel ini mengancam keselamatan 2,1 juta wargaPalestina di wilayah itu.

Kepala Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) Tom Fletcher mengatakan Israel dengan sengaja dan tanpa rasa malu memperlakukan warga Palestina secara tidak manusiawi dengan membiarkan mereka terancam kelaparan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Saya minta Anda semua merenung — sejenak saja — tentang tindakan apa yang bisa kami ceritakan pada generasi mendatang bahwa kita lakukan untuk menghentikan kekejaman abad ke-21 yang kita saksikan setiap hari di Gaza,” kata Fletcher pada Selasa seperti dilansir Dunya News

Alasan Israel Blokade Gaza

Sejak 2 Maret, Israel telah menutup penyeberangan Gaza sehingga menghentikan akses masuk makanan, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan. Sebelum blokade diberlakukan, PBB dan lembaga bantuan internasional lainnya bertanggung jawab dalam menyalurkan bantuan ke wilayah tersebut.

Meski pada 19 Januari sempat menyepakati gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan dengan kelompok pejuang Palestina Hamas, Israel kembali melancarkan serangan pada 18 Maret ke wilayah Gaza. 

Alasan utama yang dikemukakan Israel adalah kekhawatiran bahwa bantuan kemanusiaan akan dimanfaatkan oleh Hamas, kelompok pejuang Palestina yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh Israel dan beberapa negara lain.

“Israel tidak akan menerima mekanisme kemanusiaan yang justru mendukung organisasi teroris Hamas yang telah membantai rakyat kami di rumah dan komunitas mereka,” ungkap misi Israel di PBB. 

Menanggapi tudingan Israel, para pejabat kemanusiaan menyatakan bahwa bantuan sebenarnya disalurkan oleh PBB dan lembaga internasional, bukan oleh Hamas.

Direktur Program Pangan Dunia (WFP) untuk Gaza, Antoine Renard, menegaskan bahwa semua makanan yang dibutuhkan oleh warga Gaza sebenarnya tersedia di gudang-gudang yang tidak jauh dari perbatasan, seperti di Israel, Mesir, dan Yordania. 

Namun, akses untuk mengirimkan bantuan ke Gaza terhalang sepenuhnya. Saat ini, gudang WFP di dalam Gaza sudah kosong, dan jumlah bantuan yang mampu disalurkan hanya cukup untuk 250.000 porsi makanan per hari, sangat jauh dari kebutuhan sebenarnya.

Renard mengingatkan bahwa jika situasi ini dibiarkan, tak lama lagi warga Gaza tidak akan mendapatkan satu porsi makanan pun.

“Sebentar lagi, kita akan sampai pada titik di mana orang-orang bahkan tidak bisa mendapatkan satu porsi makanan pun. Apakah kita harus menunggu sampai separah itu untuk mulai bertindak? Saatnya bertindak adalah sekarang,” katanya. 

Israel Ingin Ubah Distribusi Bantuan Ke Gaza

Di sisi lain, Israel bersama Amerika Serikat mengusulkan sistem distribusi bantuan baru melalui sebuah lembaga bernama Gaza Humanitarian Foundation. Namun, PBB dan organisasi kemanusiaan menolak rencana tersebut karena dinilai sebagai upaya Israel untuk mengontrol distribusi bantuan secara politis. 

Fletcher bahkan menyebutnya sebagai "pertunjukan sinis" yang justru bisa mengabaikan kelompok paling rentan seperti anak-anak, perempuan, lansia, dan penyandang disabilitas. 

Saat ditanya pada Selasa kapan bantuan akan masuk ke Gaza, juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengulangi pernyataan Israel bahwa Hamas adalah pihak yang bertanggung jawab atas krisis kemanusiaan di Gaza — sebuah klaim yang terus dibantah oleh para pejabat bantuan kemanusiaan.

“Saya tegaskan kembali bahwa kami mendukung solusi kreatif untuk mengirimkan bantuan ke sana, asalkan bantuan tersebut tidak jatuh ke tangan Hamas dan benar-benar sampai ke masyarakat yang membutuhkan,” kata Tommy Pigott, wakil juru bicara Departemen Luar Negeri AS.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |