Kisah Nur Ahmad, Santri yang Kehilangan Lengan di Tragedi Al Khoziny

3 hours ago 8

Sidoarjo, CNN Indonesia --

Nur Ahmad tak pernah menyangka rukuk rakaat kedua salat Asar yang ia lakukan di musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny Buduran, Sidoarjo, Senin (29/9) sore, akan mengubah hidupnya selamanya.

Ahmad tengah khusyuk salat Asar kala itu, hingga di antara rapalan doa yang ia baca, gemuruh menggelegar dan bangunan di atasnya tiba-tiba runtuh. Pandangannya seketika gelap.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Reruntuhan beton itu menghantam tubuhnya, menimpa dan menjepit tangannya, mengurungnya dalam serba ketidakpastian, serta memaksa remaja 16 tahun itu berhadapan dengan maut.

"Rakaat kedua [kejadian bangunan ambruk]. Langsung jatuh [betonnya]," kata Ahmad, saat ditemui di ruang perawatan RSUD RT Notopuro Sidoarjo, Jumat (3/10).

"Enggak bisa [menyelamatkan diri], langsung kena tangan," kata dia.

Dengan tangan tertimpa beton berton-ton, Ahmad melihat sejumlah teman-temannya berusaha menyelamatkan diri di antara reruntuhan tersebut. Namun Ahmad hanya bisa melihat dalam kondisi tiarap karena tertahan tangan yang terhimpit beton.

"Enggak (tahu sebelah ada siapa) enggak melihat mukanya, jadi waktu ruku, langsung tiarap (setelah ada reruntuhan)," ucap dia.

Ahmad hanya bisa teriak meminta tolong, di antara rasa sakit luar biasa dari tangan kirinya yang dijepit beton dan kesendirian dalam situasi horor itu.

Ahmad tak tahu apakah ada orang yang akan mengetahui dirinya ada di antara reruntuhan itu, atau apakah doanya untuk bisa kembali melihat dunia bisa terjawab. Berjam-jam ia terjebak, dari sore hingga malam.

Hingga akhirnya, Tuhan menjawab doa Ahmad. Suara petugas evakuasi merespons teriakan tolongnya dari balik reruntuhan beton.

"Iya saya teriak minta tolong, ada yang mendengar bertahannya dari sore sampai malam," kata dia.

Namun pertolongan itu ada harganya. Ahmad tidak bisa bergerak karena tangan kirinya remuk tertimpa beton. Ia bukan hanya kesakitan, tetapi tidak bisa bergerak untuk menjangkau tim penyelamat.

Dalam situasi lelah dan penuh kesakitan, Ahmad harus menerima kenyataan keputusan berat tim medis. Tangan kirinya yang tertimpa beton itu harus dipotong demi dirinya bisa dikeluarkan dari sana.

Larona Hydravianto sadar memang ada peluang menemukan kasus menyayat hati saat dokter spesialis ortopedi dan traumalogi RSUD RT Notopuro Sidoarjo itu datang ke lokasi. Namun ia tak menyangka harus mengambil tindakan medis amputasi di antara reruntuhan.

Akan tetapi, menyelamatkan hidup adalah yang utama dan pertama.

"Ada prinsip, life saving is number one. Jadi kita harus nyawa itu menjadi prioritas pertama, dibanding kita harus menyelamatkan anggota tubuhnya," kata dokter Larona.

Tim medis lalu menjelaskan kondisinya kepada Ahmad sembari mereka mempersiapkan segala kebutuhan untuk operasi amputasi dadakan di lokasi jauh dari kata ideal tersebut. Tim medis hanya perlu satu hal dari Ahmad: tenang.

"Kata dokter harus tenang," kata Ahmad mengingat kejadian malam itu.

Hingga akhirnya, tindakan medis besar tersebut berhasil dilakukan dan Ahmad bisa dikeluarkan dari balik reruntuhan meskipun tangan kirinya tak lagi sama. Namun setidaknya, Ahmad masih ada peluang untuk hidup.

Direktur Utama RSUD RT Notopuro, dr. Atok Irawan mengatakan, pihaknya terpaksa melakukan amputasi lengan kiri Nur Ahmad di bawah reruntuhan. Hal itu agar santri tersebut bisa segera ditolong dan dievakuasi.

Atok mengakui pihak keluarga Ahmad sempat memprotes karena merasa tidak dimintai persetujuan. Namun pihak medis langsung menjelaskan kondisi yang ada dan langkah itu terpaksa diambil karena alasan darurat.

"Alhamdulillah [keluarga] bisa menerima. Karena situasinya sempit, ini juga sebenarnya membahayakan jiwa nakes kami," papar Atok.

Selanjutnya, dokter yang bertugas langsung melakukan penanganan pertama setelah proses amputasi. Kemudian, Ahmad dibawa untuk mendapatkan perawatan di RSUD RT Notopuro.

"[Korban] dibius di sana, lukanya ditutup cuma akhirnya dilakukan pembersihan lagi, dijahit ulang sampai pukul 01.30 WIB baru selesai," ucap Atok.

(frd/end)

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |