Konklaf Paus Baru Dimulai: Serba-serbi dan Prosedurnya

15 hours ago 10

TEMPO.CO, Jakarta - Setelah wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April 2025, Gereja Katolik memasuki masa sede vacante atau periode kosongnya Tahta Suci. Masa ini adalah masa transisi ketika kepemimpinan spiritual tertinggi gereja ditangguhkan sambil menunggu terpilihnya paus baru dalam konklaf.

Dilansir dari laman

Vatican News, Vatikan menetapkan hari ini 7 Mei 2025 sebagai dimulainya konklaf Paus baru, setelah para kardinal yang hadir dalam Kongregasi Umum kelima sepakat dalam pertemuan Senin pagi waktu setempat.

Sekitar 180 kardinal, termasuk lebih dari seratus kardinal elektor akan menjalani proses tertutup di Kapel Sistina. Proses dimulai dengan misa khusus Pro Eligendo Romano Pontifice, lalu dilanjutkan dengan prosesi ke Kapel Sistina. Di sana, para kardinal elektor bersumpah menjaga kerahasiaan dan integritas pemilihan, lalu mengikuti meditasi rohani sebelum pemungutan suara dimulai.

Apa Itu Konklaf?

Dinukil dari Antara, konklaf berasal dari bahasa Latin cum clave yang berarti "dengan kunci". Istilah ini menggambarkan proses penguncian para kardinal dalam ruang tertutup selama proses pemilihan paus berlangsung. Tujuannya untuk menjamin kerahasiaan, independensi, dan kebebasan penuh pemilihan dari tekanan eksternal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tradisi ini dimulai sejak abad ke-13, setelah proses pemilihan paus kerap dipengaruhi kekuatan politik. Paus Gregorius X kemudian menetapkan aturan konklaf untuk menghindari intervensi luar. Sejak itu, konklaf menjadi prosedur tetap dalam setiap pemilihan paus baru.

Konklaf diatur oleh dua dokumen utama, yaitu konstitusi apostolik Universi Dominici Gregis, yang pertama kali diterbitkan Paus Yohanes Paulus II pada 1996 dan diperbarui terakhir pada 2013, serta buku doa liturgi Ordo Rituum Conclavis. Kedua dokumen ini menetapkan tata cara, doa, dan mekanisme hukum dalam pemilihan Paus sekaligus memastikan bahwa proses berlangsung sakral dan teratur.

Menurut laman United States Conference of Catholic Bishops, berikut prosedur konklaf paus baru. 

Tahapan Awal: Misa dan Penguncian

Konklaf akan diawali dengan Misa khusus bertajuk Missa pro Eligendo Pontifice di Basilika Santo Petrus pada pukul 10 pagi waktu Vatikan. Misa ini bersifat terbuka untuk umum, dan tahun ini akan dipimpin oleh Kardinal Giovanni Battista Re, Dekan Dewan Kardinal.

Pada sore harinya setelah Misa, para kardinal elektor (yang berusia di bawah 80 tahun) sebanyak 133 orang pada tahun ini akan berkumpul di Kapel Paulus dan berjalan dalam prosesi menuju Kapel Sistina, tempat konklaf berlangsung. Prosesi dilakukan dalam keheningan litani para santo dengan para kardinal menyanyikan "Veni, Creator Spiritus" sebagai seruan kepada Roh Kudus.

Setibanya di Kapel Sistina, satu per satu para kardinal mengucap sumpah untuk mematuhi aturan pemilihan serta menjaga kerahasiaan proses. Begitu semua sumpah selesai, Master Upacara Liturgi Kepausan akan mengucap “Extra omnes” yang menjadi tanda bahwa semua pihak yang tidak berkepentingan harus keluar dari ruangan. Kapel Sistina kemudian dikunci dari dunia luar.

Proses Pemungutan Suara

Konklaf digelar sepenuhnya dalam kondisi tertutup sepenuhnya. Para kardinal dilarang menggunakan telepon, internet, membaca koran, atau menonton televisi. Seluruh area konklaf disegel dan semua bentuk komunikasi eksternal dibatasi secara ketat untuk menjaga integritas dan kekhusyukan proses bahkan koran pun tak boleh masuk.

Setiap kardinal meletakkan suaranya dalam sebuah wadah di hadapan lukisan Penghakiman Terakhir karya Michelangelo, dengan sumpah bahwa pilihannya didasarkan pada keyakinan spiritual, bukan kepentingan duniawi.

Pada hari pertama, biasanya hanya satu kali pemungutan dilakukan. Hari-hari berikutnya, suara dapat diberikan dua kali di pagi hari dan dua kali di sore hari. Seorang kandidat harus meraih dukungan dua pertiga suara untuk dapat dinyatakan sebagai Paus. Jika belum ada hasil setelah tiga hari, proses dihentikan sementara untuk refleksi, doa bersama, dan renungan rohani yang dipimpin oleh Kardinal Proto-Diakon atau kardinal tertua untuk  memberikan nasihat spiritual agar para pemilih dapat menemukan jalan terang dalam pengambilan keputusan.

Setiap kali pemungutan suara selesai, surat suara dibakar. Jika belum ada hasil, asap hitam akan keluar dari cerobong Kapel Sistina. Jika paus baru terpilih, asap putih akan mengepul sebagai pertanda yang langsung disambut jutaan umat Katolik di seluruh dunia.

Saat Paus Terpilih

Jika salah satu kandidat mencapai ambang dua pertiga suara, Kardinal Pietro Parolin, sebagai pejabat tertinggi di antara para pemilih, akan bertanya: “Apakah Anda menerima pemilihan kanonik ini sebagai Paus?” Jika dijawab “ya”, ia akan ditanya nama yang ingin digunakan sebagai paus.

Setelah menerima, paus baru secara otomatis menjadi Uskup Roma dan Pemimpin Gereja Katolik sedunia. Para kardinal lalu satu per satu menyampaikan penghormatan dan sumpah kesetiaan.

Paus terpilih kemudian berganti jubah di Ruang Air Mata. Tak lama setelah itu, Kardinal Proto-Diakon, Dominique Mamberti, akan muncul di balkon tengah Basilika Santo Petrus dan menyampaikan pengumuman yang ditunggu dunia: “Annuntio vobis gaudium magnum: Habemus Papam!” (“Aku memberitahukan kepada kalian kabar sukacita besar: Kita telah memiliki Paus!”)

Paus baru kemudian tampil di hadapan umat untuk memberikan berkat pertamanya, Urbi et Orbi, dari loggia tengah Basilika Santo Petrus. Suara lonceng bergema, dan umat yang memenuhi Lapangan Santo Petrus menyambut dengan sorak dan air mata haru.

Beberapa hari kemudian, Paus baru akan menjalani upacara pelantikan resmi dan mengambil alih Tahta Kepausan secara penuh dengan menerima kepemilikan Basilika Lateran, gereja katedral resmi Keuskupan Roma.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |