(Beritadaerah-Jakarta) PT Reasuransi Indonesia Utama (Indonesia Re) menyatakan kesiapannya untuk menjadi pemimpin dalam proses penyatuan bisnis reasuransi yang dimiliki oleh badan usaha milik negara (BUMN). Langkah tersebut dinilai sebagai strategi jangka panjang guna memperkuat struktur industri perasuransian nasional sekaligus mengurangi ketergantungan pada pihak asing.
Direktur Utama Indonesia Re, Benny Waworuntu, mengungkapkan bahwa proses konsolidasi ini masih dalam tahap pembahasan bersama para pemangku kepentingan. Menurutnya, proses tersebut tak sekadar menyatukan kepemilikan saham, tetapi juga memerlukan penyesuaian mendalam dari sisi operasional, strategi bisnis, pemanfaatan teknologi, hingga integrasi sumber daya manusia.
Saat ini, terdapat tiga perusahaan reasuransi BUMN yang tengah dipetakan untuk dikonsolidasikan, yaitu Indonesia Re, PT Reasuransi Nasional Indonesia (Nasre), dan PT Tugu Reasuransi Indonesia (Tugure). Ketiganya berada dalam ekosistem BUMN dan dinilai memiliki potensi besar jika disatukan.
Dalam forum Indonesia Re International Conference (IIC) 2025, Benny menegaskan dukungan terhadap rencana besar yang sedang dikembangkan Danantara Indonesia. Holding tersebut disebutnya akan menjadi penggerak utama konsolidasi di sektor keuangan milik negara, termasuk reasuransi dan asuransi.
Sebagai bagian dari roadmap jangka menengah, Indonesia Re menargetkan konsolidasi dengan Tugure dapat terwujud pada 2026, dilanjutkan dengan merger bersama Nasre setahun setelahnya. Seluruh proses penyatuan ditargetkan rampung pada 2028, dengan hasil akhir berupa perusahaan reasuransi nasional yang besar, kuat, dan kompetitif di level regional.
Lebih lanjut, Benny menyoroti bahwa sekitar 40 persen premi reasuransi nasional setiap tahunnya masih mengalir ke luar negeri. Pada 2024 saja, jumlah premi yang dikirim ke luar mencapai lebih dari Rp12 triliun. Kondisi ini turut menyumbang defisit pada neraca jasa, meski secara keseluruhan neraca berjalan Indonesia masih menunjukkan surplus.
Direktur Teknik dan Operasi Indonesia Re, Delil Khairat, menambahkan bahwa konsolidasi akan memberikan kemampuan lebih besar dalam menyerap premi domestik. Meskipun sebagian premi tetap harus dialihkan ke luar negeri, khususnya untuk risiko tinggi seperti bencana alam, penyatuan kekuatan reasuransi nasional diyakini akan memperbesar kapasitas retensi dalam negeri.
Delil juga menekankan bahwa selain menahan lebih banyak risiko di dalam negeri, perusahaan hasil konsolidasi nantinya harus mampu menyeleksi risiko secara lebih cermat. Dengan kualitas manajemen risiko yang baik, sektor reasuransi Indonesia akan lebih tangguh dan tidak hanya bergantung pada pasar luar negeri.