Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat, Apa Saja Efeknya?

6 hours ago 10

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonomi Indonesia mencatat perlambatan pada tiga bulan pertama 2025, dengan pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 4,87 persen dibandingkan 5,02 persen pada periode yang sama tahun lalu.

Angka ini juga lebih rendah dari kuartal keempat 2024 yang tumbuh 5,11 persen, menandakan tekanan yang masih membayangi perekonomian domestik.

Pertumbuhan ini mencerminkan lesunya perekonomian nasional. Lantas, apa dampaknya?

1. Menurunkan Kepercayaan Investor

Ekonom Universitas Andalas Sayfruddin Karimi mengatakan, perlambatan pertumbuhan ekonomi berpotensi menurunkan tingkat kepercayaan investor, memperlambat aliran investasi, dan melemahkan daya beli masyarakat. Ia menjelaskan bahwa stagnasi pendapatan yang disebabkan oleh lesunya aktivitas usaha dan pemutusan hubungan kerja, ditambah dengan kenaikan harga kebutuhan pokok akan semakin menekan daya beli masyarakat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kondisi ini pada akhirnya berdampak pada penurunan konsumsi rumah tangga yang kemudian memperlambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dan mendorong peningkatan angka kemiskinan, terutama di kalangan masyarakat rentan yang memiliki akses terbatas terhadap perlindungan sosial.

 2. Angka Pengangguran Meningkat

Ekonom Bright Institute Awalil Rizky menilai, perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencerminkan menurunnya laju produksi barang dan jasa di dalam negeri. Meskipun perekonomian masih tumbuh, laju pertumbuhannya lebih rendah dibanding periode sebelumnya. Kondisi ini erat kaitannya dengan menurunnya tingkat investasi serta berkurangnya pemanfaatan tenaga kerja.

Penurunan investasi dari dampak penurunan peningkatan ekonomi juga diperkirakan berdampak pada meningkatnya angka pengangguran. IMF memproyeksikan tingkat pengangguran di Indonesia akan naik menjadi 5,0 persen pada tahun 2025 dan bertahan di level 5,1 persen hingga tahun 2028.

3. Daya Beli Menurun dan Kemiskinan Meningkat

Meningkatnya angka pengangguran akan berdampak pada daya beli masyarakat. Semakin besar jumlah orang yang kehilangan pekerjaan tentu akan berdampak pada konsumsi masyarakat. Syafruddin mengatakan, pendapatan masyarakat yang stagnan, jumlah pengangguran yang meningkat ditambah dengan harga barang yang naik akan menekan daya beli masyarakat. Kelompok masyarakat yang rentan akan mengurangi belanja. Kelompok rentan ini berpotensi menambah jumlah angka kemiskinan.

4. Penerimaan Negara Terganggu

Penurunan daya beli masyarakat turut memengaruhi potensi penerimaan negara, khususnya dari sektor pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai. Di samping itu, pendapatan dari cukai serta penerimaan negara bukan pajak juga berisiko menurun. Tambahan tantangan datang dari prediksi harga komoditas global yang lebih rendah dan ketidakpastian atas kontribusi pendapatan dari badan usaha milik negara (BUMN) yang semakin mempersulit pemerintah dalam memenuhi target fiskal untuk tahun ini.

Perlambatan ekonomi ini juga membawa dampak signifikan terhadap sektor fiskal, khususnya dalam hal penerimaan negara. Dengan pertumbuhan ekonomi yang diprediksi hanya mencapai 4,7 persen, Awalil mengungkapkan bahwa target penerimaan perpajakan sebesar Rp 2.490 triliun kemungkinan besar tidak akan tercapai. 

5. Stagnasi Gaji 

Dikutip dari fastercapital, ketika ekonomi sedang lesu, pengusaha cenderung mempertahankan atau bahkan menurunkan gaji karyawan. Dalam situasi ini, pencari kerja sering kali harus menerima tawaran yang jauh di bawah harapan mereka pada masa ekonomi yang lebih baik. Kondisi ini bisa menimbulkan tekanan finansial dan memaksa mereka membuat kompromi yang mungkin sebelumnya tidak pernah terbayangkan.

Riani Sanusi Putri, Intan Wahyuningtyas dan Afron Mandala Putra berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Pilihan editor: Industri Hijau Lebih dari Soal Ramah Lingkungan

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |