PNM Bawa Nasib Warga Desa Diakui Pasar Global

1 hour ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mencatat tonggak penting di dunia keuangan berkelanjutan. Pada Juni 2025, perusahaan jasa keuangan non bank ini berhasil menerbitkan Orange Bonds senilai Rp 16 triliun sekaligus Orange Sukuk pertama di dunia.

Langkah ini menempatkan Indonesia sejajar dengan pemain besar global, karena menjadi penerbit kedua di Asia dan kelima di dunia.

Seluruh penerbitan terserap hanya dalam delapan hari book building dengan tingkat kupon kompetitif 6,25 persen untuk tenor 1 tahun, 6,65 persen untuk 3 tahun, dan 6,85 persen untuk 5 tahun.

Menariknya, banyak investor justru memilih tenor panjang yang menjadi indikasi kuat pasar percaya pada misi sosial PNM meski kondisi global tengah bergejolak.

“Momentum ini saya istilahkan sebagai mempertemukan Wall Street dengan Backstreet. Dana global kini bisa langsung menyentuh perempuan miskin di pelosok desa,” ujar Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi dalam keterangan Jumat (3/10/2025).

Kepercayaan investor tidak lahir tiba-tiba. Sejak 2015, PNM konsisten menjalankan program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar), pembiayaan berbasis kelompok dengan metode tanggung renteng.

Hingga Agustus 2025, Mekaar telah menjangkau 13,3 juta perempuan prasejahtera di lebih dari 6.100 kecamatan di seluruh Indonesia.

Awalnya hanya berfokus pada usaha subsisten, kini setidaknya 1,8 juta nasabah berhasil “naik kelas” ke Pegadaian dan BRI untuk memperoleh pembiayaan lebih besar.

Realisasi pembiayaan juga tumbuh pesat, dari Rp 4,2 triliun (2017) menjadi Rp 68,2 triliun (2024). Hingga Agustus 2025, penyaluran mencapai Rp 43,3 triliun. Kesuksesan PNM bukan hanya diukur dari pembiayaan. Pendapatan PNM Mekaar per Agustus 2025 tercatat Rp 10,01 triliun dengan laba Rp 1,02 triliun.

Inovasi digital juga terus dikembangkan melalui aplikasi SenyuM Mobile, serta inisiatif pemberdayaan petani perempuan di Subang lewat program TJSL. Di kancah internasional, PNM mempresentasikan model Mekaar pada forum PBB CSW ke-68 di New York, serta mendapat pengakuan berupa kunjungan pejabat Bangladesh untuk belajar dari sistem ini.

Bawa Nasib Warga Desa ke Pasar Global

Orange Bonds PNM sejalan dengan target Sustainable Development Goals (SDGs). Pemerintah melalui Bappenas menegaskan, anggaran negara hanya mampu menutup 40 persen kebutuhan pendanaan SDGs.

Sisanya harus dipenuhi sektor swasta, filantropi, dan instrumen inovatif seperti obligasi tematik. “Pemberdayaan perempuan adalah game changer. Potensinya bisa menambah 9-10 persen PDB jika dioptimalkan,” jelas Arifin Rudiyanto, Koordinator Tim Ahli SDGs Bappenas.

Amich Alhumami, yang juga dari Bappenas, menambahkan, pasca pandemi kebutuhan pembiayaan SDGs melonjak hingga Rp 12.000 triliun, dengan gap Rp 2.400 triliun. Orange Bonds menjadi jawaban konkret atas kekurangan tersebut.

Seluruh persyaratan regulasi OJK terpenuhi, termasuk verifikasi independen dari Impact Investment Exchange (IIX) untuk memastikan dampak nyata terhadap kesetaraan gender.

Antusiasme tinggi membuat PNM berencana menerbitkan tahap kedua senilai Rp 1,02 triliun pada akhir 2025, dengan minat signifikan dari investor asing.

OJK menilai keberadaan Orange Bond sebagai diversifikasi sumber dana non-bank yang krusial, mengurangi ketergantungan pada pembiayaan perbankan. PNM telah membuktikan, akses modal tidak harus eksklusif untuk korporasi besar.

Dengan Orange Bond, modal internasional kini bisa mengalir hingga ke warung kecil di pelosok desa. CNBC Indonesia pun memberi apresiasi lewat penghargaan Best Ultra Micro Finance for Empowering Women in Business.

“Tidak mungkin semua bisa kami layani. Tapi kalau kami bisa menginspirasi pihak lain untuk ikut menyentuh segmen ini, misi kami sudah tercapai,” tutup Arief.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |