JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM — Pertemuan Presiden ke-8 RI Prabowo Subianto dengan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) di Kertanegara, Jakarta Selatan, Sabtu (4/10/2025), menuai beragam tafsir politik. Akademisi sekaligus pengamat politik Rocky Gerung menilai pertemuan empat mata yang berlangsung hampir dua jam itu sulit dipandang sekadar silaturahmi biasa.
Dalam tayangan di kanal YouTube miliknya, Rocky menduga ada kegelisahan yang tengah membayangi Jokowi. Menurutnya, situasi yang menimpa anak dan menantu Jokowi, yakni Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dan Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution, bisa menjadi salah satu topik sensitif dalam pertemuan tersebut. “Apakah yang dibicarakan itu soal kangen-kangenan? Rasanya sulit. Orang justru membaca kemungkinan kegelisahan Pak Jokowi terkait Gibran dan Bobby,” ucapnya.
Rocky mengaitkan kegelisahan itu dengan meningkatnya tekanan publik. Ia menyebut gelombang kritik datang dari berbagai arah, mulai dari mahasiswa, kelompok emak-emak, hingga sorotan internasional terkait isu korupsi dan praktik dinasti politik. “Itu yang mungkin membuat Jokowi mencari ruang komunikasi dengan Prabowo,” imbuhnya.
Tak hanya soal pertemuan Jokowi-Prabowo, Rocky juga menyoroti kondisi internal pemerintahan saat ini. Ia menyebut Presiden Prabowo sedang dipusingkan dengan komposisi kabinet yang menurutnya dibentuk berdasarkan “transaksi elektabilitas” alih-alih “etikabilitas”. Hal itulah yang memunculkan spekulasi tentang adanya retakan di dalam Kabinet Merah Putih.
Rocky menyinggung pula program unggulan Makan Bergizi Gratis (MBG). Menurutnya, ide Prabowo soal pemenuhan gizi anak sebenarnya baik, namun pelaksanaannya menyimpang jauh dari konsep awal. Hal ini tercermin dari banyaknya kasus keracunan yang terjadi. Data Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat sepanjang Januari–25 September 2025 sudah ada 70 kasus keracunan MBG dengan korban mencapai 5.914 orang.
BGN sendiri telah meminta maaf secara terbuka dan menutup 45 dapur penyedia MBG yang dianggap melanggar standar. Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, menegaskan pihaknya bertanggung jawab penuh, termasuk menanggung seluruh biaya pengobatan korban. “Kami tidak akan mentoleransi siapa pun yang melanggar SOP. SPPG yang tak segera melengkapi sertifikat higiene, halal, dan kelayakan air, akan kami tutup,” tegasnya.
Dengan kondisi tersebut, Rocky menilai publik makin kritis membaca arah politik nasional. Pertemuan Jokowi dan Prabowo pun dilihat bukan sekadar basa-basi, melainkan bagian dari dinamika besar yang tengah berlangsung di tengah tekanan publik, isu dinasti, dan problematika program pemerintah. [*] Disarikan dari sumber berita media daring
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.