Sungai Citeureup Tercemar Limbah. Berikut Sungai-sungai Tercemar di Indonesia

5 hours ago 6

TEMPO.CO, Jakarta - Belakangan masyarakat Bogor kembali dihebohkan karena aliran sungai di Kampung Bojong Engsel, Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Jawa Barat berubah warna menjadi oranye pada Senin, 19 Mei 2025 karena tercemar limbah. Kasus tersebut menambah deretan sungai tercemar di Indonesia yang masih terus sering terjadi. Lantas sungai mana saja kah yang juga tercemar selain Sungai Citeureup

Pemerintah Kabupaten Bogor melalui inspeksi Dinas Lingkungan Hidup ke beberapa lokasi industri di wilayah Citeureup akhirnya menyegel saluran pembuangan limbah PT Harapan Mulya yang bergerak di bidang pengadaan gerobak dan tong atau tempat sampah dengan aktivitas pengecatan menggunakan powder coating oranye, hitam, hijau, dan biru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kami melakukan penelusuran dari hulu ke hilir aliran yang diduga tercemar," kata Kepala Bidang Penegakan Hukum Lingkungan dan Pengelolaan Limbah B3 Dinas LH Kabupaten Bogor Gantara Lenggana, Senin, 19 Mei 2025. 

Tim juga mengambil sampel badan air penerima di titik upstream dan downstream untuk dilakukan analisis laboratorium dengan hasil yang akan diterima dalam 14 hari ke depan.

Selain itu, kata Gantara, pada Senin mendatang, perusahaan akan dipanggil untuk dilakukan Berita Acara Pengawasan (BAP). Jika terbukti melanggar, sanksi administratif berupa paksaan pemerintah dan denda akan diberikan.

Adapun Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat, sebanyak 96 persen sungai di Indonesia berada dalam kondisi sungai tercemar, dari tingkat ringan hingga berat. Hanya 2,19 persen yang masih memenuhi ambang baku mutu air yang layak.

Berikut beberapa sungai yang juga dilaporkan tercemar sebelumnya:

Sungai Cirarab

Masih di bulan Mei 2025, kasus sungai tercemar juga terjadi di Kali Cirarab yang mengalir di Kabupaten Tangerang, Banten. Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengatakan bahwa sungai tersebut banyak mengandung logam berat karena pencemaran limbah berbahaya. Dia sempat meninjau langsung kualitas air sungai yang berwarna hitam pekat dan berbau tak sedap itu pada Jumat, 16 Mei 2025. 

Pada kunjungan tersebut, Tim Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), menguji kualitas air Kali Cirarab dengan alat khusus. Salah satu aspek yang dicek adalah kandungan logam berat yang larut dalam air. Kepada awak media, tim peninjau menyebut kadar logam di sungai itu menembus 1.800, jauh menembus ambang batas yang hanya berkisar 400. 

"Angka 1.800 artinya banyak sekali terlarut logam berat," kata Hanif. 

Pabrik pengolahan limbah jenis bahan berbahaya beracun (B3) di Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang yang diketahui menjadi salah satu penyebab pencemaran sungai itu pun kini telah ditutup serta disegel. Tak hanya itu, Kali Cirarab juga diduga tercemar sampah dari TPA Jatiwaringin seluas sekitar 30 hektare milik Pemerintah Kabupaten Tangerang mengingat sungai itu hanya berjarak 8 meter dari TPA terbesar di Tangerang tersebut. 

Sungai Ciujung

Pada November 2024, Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menyebut 26 perusahaan terindikasi mencemari Sungai Ciujung, Kabupaten Serang hingga berdampak pada ratusan ribu warga di empat kecamatan meliputi Tanara, Tirtayasa, Carenang, dan Lebakwangi.

“Paling tidak data awal ini punya 26 perusahaan-perusahaan yang kami indikasi berkontribusi terkait dengan mutu kualitas dari Sungai Ciujung,” ujar dia di Kabupaten Serang, Jumat, 8 November 2024 dikutip dari Antara

Ia mengatakan data perusahaan yang terindikasi mencemari lingkungan tersebut didapat berdasarkan drone mapping dan citra satelit. Dari 26 perusahaan yang terindikasi, ia bersama rombongan serta Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal telah melakukan sidak terhadap dua pabrik di kawasan Kragilan yang bergerak di bidang pulp dan kertas.

Adapun pihak KLH melakukan penyegelan tempat pembuangan limbah seluas 42 hektare, dengan proyeksi dua juta ton di salah satu kawasan pabrik, serta lokasi lainnya dengan sebaran limbah setengah hektare yang berdekatan dengan badan sungai.

Dua bulan sebelumnya, warga Desa Masigit, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, mengeluhkan kondisi Sungai Ciujung yang airnya menghitam dan berbau menyengat dan diduga akibat tercemar oleh limbah perusahaan. 

Salah satu warga Desa Masigit, Martini menyebut warna kehitaman sungai tersebut telang berlangsung sudah sekitar dua bulan, padahal sebelumnya berwarna cokelat. "Air sungai ini biasa digunakan warga untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci piring sampai baju," katanya sambil menambahkan bahwa sungai tersebut mengeluarkan aroma bau seperti amoniak setiap memasuki musim kemarau. 

Sungai Cileungsi

Sungai Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, juga pernah tercemar dengan ditemukannya ribuan ikan yang mati di aliran sungai tersebut pada Jumat, 7 April 2024. Ketua Komunitas Peduli Sungai Cileungsi Cikeas (KP2C) Puarman saat itu meyakini bahwa kondisi tersebut diakibatkan oleh limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) yang mencemari sungai.

"Patut diduga sumber pencemaran limbah di antara jembatan Leuwikaret, Klapanunggal dengan jembatan Wika, Tlajung Udik," ungkap Ketua KP2C, Puarman di Bogor, Jumat, 7 April 2024 dikutip dari Antara

Selain itu, Ia memperkirakan bahwa pencemaran terjadi dari hulu hingga hilir sungai dengan kepekatan pencemaran cukup tinggi yang mulai terjadi pada Kamis, 6 April 2024. Pasalnya, kata dia, tim KP2C melakukan pemantauan di sejumlah titik seperti di Jembatan Leuwikaret, Kecamatan Klapanunggal, Jembatan Cikuda, Wanaherang, Kabupaten Bogor, hingga memasuki area Curug Parigi, Cikiwul, Bantar Gebang, Kota Bekasi. 

Dalam perkembangannya, Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) menyegel sebuah pabrik di wilayah Gunungputri, Bogor, pada bulan Agustus lantaran limbahnya tidak terkelola dengan baik sehingga mencemari aliran Sungai Cileungsi.

"DLH melakukan pemasangan garis Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup (PPLH Line), artinya menutup sementara lokasi instalasi pengolahan air limbah perusahaan tersebut," kata Kabid Penegakan Hukum dan Pengelolaan Limbah B3 DLH Kabupaten Bogor Gantara Lenggana di Bogor, Kamis.

Ia menjelaskan, selain menyegel dan memasang papan berisi larangan, petugas juga melakukan penutupan permanen saluran limbah yang mengalir langsung ke Sungai Cileungsi. 

Namun Sungai Cileungsi dilaporkan kembali berwarna hitam pada bulan September 2024 sehingga menyebabkan ikan-ikan yang ada di dalamnya mati. Ketua Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C) Puarman saat itu menyoroti tentang pencemaran Sungai Cileungsi yang sudah berlangsung lama, bahkan lebih dari tujuh tahun.

"Pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini, ternyata tidak efektif karena pencemaran yang diduga dari limbah industri selalu terjadi dan berulang," jelas Puarman pada Senin, 11 September 2024.

Sungai Bengawan Solo

Sungai Bengawan Solo juga dikenal beberapa kali pernah tercemar. Pada Juni 2023, terdapat fenomena pladu atau munculnya ikan-ikan ke permukaan air yang dilaporkan terjadi di bagian Bengawan Solo yang ada di wilayah Kampung Sewu, Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres, Kota Solo dan diyakini terjadi karena pencemaran limbah. 

Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surakarta di Provinsi Jawa Tengah menyatakan bahwa pencemar Bengawan Solo kebanyakan limbah domestik.  "Kalau menurut evaluasi yang dilakukan BPDAS (Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai), lebih banyak tercemar oleh limbah domestik, 50 persen masih limbah domestik," ujar Kepala Bidang Penataan, Pengendalian, dan Pengelolaan Lingkungan DLH Kota Surakarta Budiyono di Solo, pada Selasa, 13 Juni 2023.

Kondisi tersebut disebut mengindikasikan bahwa masih banyak rumah tangga yang membuang limbah domestik ke aliran Bengawan Solo. Selain itu, Budiyono mengatakan, tidak sedikit pula pencemar Bengawan Solo yang berasal dari kegiatan industri di daerah hulu sungai. 

Adapun limbah yang mencemari Sungai Bengawan Solo selama beberapa hari itu juga menjadi penyebab Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Toya Wening Surakarta, Jawa Tengah sempat menghentikan pengolahan air. 

Zacharias Wuragil dan Joniansyah berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |