Tiga Alasan Bank Indonesia Memangkas Suku Bunga Acuan

6 hours ago 7

TEMPO.CO, Jakarta - Suku bunga acuan Bank Indonesia semakin kuncup. Bank Indonesia memangkas BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen pada 21 Mei 2025.

Keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia ini mengakhiri periode penahanan suku bunga di level 5,75 persen yang telah bertahan sejak April lalu. Bersamaan dengan itu, suku bunga deposit facility dan lending facility juga turut diturunkan masing-masing menjadi 4,75 persen dan 6,25 persen. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ada beberapa alasan mengapa bank sentral memangkas suku bunga acuan:

Inflasi Dinilai Aman

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo beralasan, inflasi yang tetap terkendali. Perry mengatakan, tingkat inflasi di dalam negeri cukup rendah dan masih dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen. Bahkan, BI memproyeksikan inflasi akhir tahun akan berada di kisaran 2,6 persen.

Rupiah Menguat
Alasan kedua mengapa Bank Indonesia memangkas BI rate karena stabilitas nilai tukar rupiah. Bank sentral mencatat nilai tukar rupiah saat ini stabil dan cenderung menguat. Perry menyampaikan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sepanjang Mei 2025 menguat 1,13 persen secara point to point dibandingkan posisi akhir April. Penguatan ini didukung intervensi BI melalui instrumen pasar seperti Non-Deliverable Forward (NDF), pasar spot, Domestic NDF, hingga pembelian Surat Berharga Negara di pasar sekunder. 

Ekonomi Butuh Stimulus
Bank Indonesia  juga menilai perlambatan pertumbuhan ekonomi jadi alasan untuk menurunkan suku bunga. Di kuartal I 2025, pertumbuhan ekonomi tercatat 4,87 persen secara tahunan, nilai ini turun dari 5,02 persen di kuartal sebelumnya, “Oleh karena itu, BI juga turut mendorong pertumbuhan ekonomi dengan pertimbangan inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil dan cenderung menguat,” ujar Perry.

Momentum yang Tepat
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menambahkan, pemangkasan suku bunga juga didorong oleh masuknya aliran modal asing. Sepanjang Mei 2025, BI mencatat total aliran modal masuk bulan ini mencapai Rp 20,63 triliun, “Ini juga yang membuat kami percaya diri untuk menurunkan suku bunga BI rate di Rapat Dewan Gubernur bulan ini,” ucap Destry.

Keputusan Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan ini tidak sesuai dengan keinginan para ekonom. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEB UI, misalnya, sempat menyarankan agar suku bunga tetap dipertahankan.

Ekonom Teuku Riefky menyebut risiko eksternal global masih tinggi dan menilai ketahanan rupiah belum tentu berkelanjutan. “Mengingat masih adanya risiko eksternal, Bank Indonesia perlu mempertahankan BI Rate di 5,75 persen dan tetap berhati-hati sampai kondisi global menjadi lebih dapat diprediksi,” tulis ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky dalam Laporan Seri Analisis Makroekonomi yang dirilis pada Selasa, 20 Mei 2025.

Anastasya Lavenia Y berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan Editor: Fenomena Perusahaan Bayangan Korporasi Juara Deforestasi

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |