Tim DVI Kesulitan Identifikasi 9 Jenazah Korban Ponpes Al Khonziny

2 hours ago 7

Surabaya, CNN Indonesia --

Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri mengalami sejumlah kendala dalam mengidentifikasi jenazah korban ambruknya gedung Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo.

Kesulitan membuat sembilan jenazah hingga kini masih belum teridentifikasi. 

Kaur Kesehatan Kamtibmas Subdit Dokpol Biddokkes Polda Jatim, Kompol Naf'an menjelaskan, tim sudah mengambil DNA sembilan korban, untuk kemudian dilakukan pencocokan dengan 57 sample keluarga yang sebelumnya sudah mereka himpun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami telah mengambil sampel DNA dari korban sebanyak 9 jenazah. Kemudian kami juga sudah mengambil sampel dari keluarga korban sebanyak 57 pasangan ortu korban," kata Naf'an di Posko Kedaruratan, Sidaorjom Sabtu (4/10).

Ia menjelaskan proses identifikasi mengacu pada standar internasional DVI, yang dibagi ke dalam metode primer dan sekunder. Metode primer mencakup pencocokan sidik jari, gigi, dan DNA. Bila metode ini gagal, maka pencocokan sekunder dilakukan dengan data medis dan properti pribadi korban.

Naf'an mengatakan saat ini 9 DNA jenazah korban dan 57 sampel keluarga korban, sudah diterbangkan pihaknya ke Jakarta untuk proses uji pencocokan.

"Kami sudah lakukan pengambilan sampel DNA 9 jenazah yang ada di RS Bhayangkara Surabaya. Dan sampel pembanding dari orang tua pagi ini sudah diterbangkan ke Jakarta," jelasnya.

Namun, hasil identifikasi DNA tidak bisa diperoleh cepat karena Indonesia hanya memiliki satu laboratorium DNA di Cipinang, Jakarta.

"Sesuai SOP hasilnya 2-3 minggu tergantung tingkat kesulitan juga ekstraknya dari pada sampel tergantung juga apakah ada beban lain yang diperiksa karena pusdok Polri seluruh Indonesia hanya memiliki satu lab DNA yaitu Cipinang," ungkap Naf'an.

Selain keterbatasan fasilitas, ada kendala lain. Mayoritas korban adalah anak-anak yang belum memiliki KTP maupun rekam sidik jari resmi. Akibatnya, tim kesulitan mencari pembanding identitas.

"Tingkat kesulitannya adalah di antaranya rata-rata belum ber-KTP. Sehingga kalau sebagai pembanding korban adalah kita berusaha meminta apakah itu rapot, apakah itu ijazah yang dipunyai. Yang ada cap jempol maupun sidik jarinya dari tiga jari," ucapnya.

Tetapi itu juga ada tingkat kesulitannya. Beberapa yang kami terima itu, karena tinta nya terlalu tebal tidak bisa dengan jelas dan dirumus oleh tim inafis juga kesulitan," tambahnya.

Kondisi jenazah yang sudah lama tertimbun reruntuhan juga memperburuk situasi. Proses pembusukan membuat sidik jari sulit diambil secara utuh.

"Di samping itu korban juga sudah terjadi pembusukan. Tingkat kesulitan beliaunya mengambil sidik jari jenazah untuk dirumus jadi kesulitan. Jadi kira-kira demikian," tambah Naf'an.

Diketahui, hingga Jumat (3/10) malam, korban yang berhasil ditemukan berjumlah 118 orang. Terdiri 104 dalam kondisi selamat, 14 meninggal dunia. Sedangkan yang belum ditemukan berjumlah 49.

Seperti diketahui, gedung tiga lantai termasuk musala di asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, ambruk, Senin (29/9) sore.

Saat kejadian, diketahui ada ratusan santri sedang melaksanakan Salat Ashar berjemaah di gedung yang masih dalam tahap pembangunan tersebut. (frd)

Berikut data lima korban tewas ambruknya gedung Pondok Pesantren Al Khoziny yang sudah teridentifikasi:

1. Maulana Alfan, 15 tahun (RSI Siti Hajar)

2. Mochammad Mashudul Haq, 14 tahun (RSUD R.T Notopuro Sidoarjo)

3. Muhammad Soleh, 22 tahun (RSUD R.T Notopuro Sidoarjo)

4. Rafi Catur Okta Mulya Pamungkas, 17 tahun (RSI Siti Hajar)

5. Moch Agus Ubaidillah, 14 tahun (RSI Siti Hajar)

[Gambas:Video CNN]

(frd/agt)

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |