YGSI Gandeng Kemenag Perkuat Pendidikan Kespro di Pesantren

4 hours ago 7

INFO NASIONALYayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) bersama Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) mengembangkan modul SETARA (Semangat Dunia Remaja) berperspektif Islam. Modul ini mengintegrasikan isu kesehatan reproduksi, kesetaraan gender, dan penguatan karakter remaja berbasis nilai-nilai keislaman.

Pengembangan modul ini dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Sementara pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas kini mulai merambah lingkungan pesantren dan sekolah berbasis agama Islam. Penyampaian materi modul dilakukan secara ilmiah namun tetap selaras dengan nilai keislaman, sehingga dapat diterima di lingkungan pesantren dan madrasah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Modul ini dirancang kontekstual dan kolaboratif, memadukan prinsip Islam, hak asasi manusia, dan ilmu pengetahuan,” kata Direktur YGSI, Ely Sawitri.

Modul SETARA berperspektif Islam merupakan adaptasi dari modul SETARA yang telah diimplementasikan sejak 2011 hingga 2024 di 214 SMP Negeri di sembilan provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, Kalimantan Timur, Bali, dan Jambi. Hingga kini, implementasi modul tersebut telah menjangkau 69.434 siswa melalui pelatihan terhadap 2.558 guru di 568 sekolah yang tersebar di 12 provinsi, termasuk Papua, Lampung, dan Sumatera Utara.

Pengembangan modul SETARA, baik modul pertama maupun kedua, kata Ely bertujuan untuk menciptakan ruang pendidikan yang aman, sehat, dan setara bagi remaja.

Penyusunan modul versi berperspektif Islam sudah dimulai sejak Maret 2024 dengan melibatkan guru, kepala sekolah, dan pengelola pesantren. Metode pengajarannya beragam, mulai dari diskusi kelompok, studi kasus, hingga pendekatan berbasis pengalaman. Uji coba awal dilakukan di sejumlah madrasah dan pesantren di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, dan Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Sosialisasi pendidikan kesehatan reproduksi dan uji coba modul Setara berperspektif Islam di MTS Negeri 3 Jombang, Jawa Timur, 15 November 2024. Dok. YGSI

“Kedua daerah ini telah menghasilkan praktik baik dalam pelaksanaan pendidikan Islam, serta memiliki dukungan yang kuat dari pemerintah daerah terkait isu kesehatan reproduksi dan perlindungan remaja,” kata Ely.

Selain itu, tingginya angka kasus kekerasan dan perundungan juga menjadi dasar pemilihan lokasi.“Melalui modul ini, kami berharap dapat menurunkan angka kekerasan dengan membekali peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan yang mendorong sikap positif, menghargai orang lain, serta menghindari perilaku kekerasan, termasuk mengenali batasan dan hak”

YGSI, lanjut Ely, mendorong Kemenag untuk memastikan keberlanjutan program ini melalui integrasi modul ke dalam kurikulum nasional madrasah dan pesantren, pelatihan guru secara berkelanjutan, serta penyediaan sumber daya dan sistem pemantauan yang memadai.

“Program ini tak boleh berhenti di tahap uji coba. Kami berharap Kemenag membuat kebijakan konkret agar pendidikan kesehatan reproduksi ramah remaja di satuan pendidikan Islam bisa berjalan sistematis dan berkesinambungan,” ujar Ely.

Uji Coba Modul di Jombang dan Garut

Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) bersama Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) menggelar uji coba dan sosialisasi modul SETARA berperspektif Islam edisi kedua di Kabupaten Garut, pada 23–24 April 2025. Dok. YGSI

Uji coba modul pertama pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas SETARA berperspektif Islam dilakukan di Jombang pada akhir 2024. Uji coba diadakan di MTsN 1, MTsN 3, MTsN 15, dan Pondok Pesantren Al-Hadi 2, Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang.

Siti Sakdiyah, Kepala Subdirektorat Kurikulum dan Evaluasi Direktorat KSKK Madrasah, Ditjen Pendidikan Islam Kemenag, menyatakan bahwa modul ini sangat mendukung upaya Kemenag dalam membentuk karakter pelajar yang berakhlak mulia, berpengetahuan, dan sadar menjaga diri.

“Dengan adanya modul ini, sangat membantu guru dalam menyampaikan isu kesehatan reproduksi kepada santri dengan cara yang lebih mudah dan relevan,” kata dia.

K.H. M. Wafiyul Ahdi, Ketua Umum Yayasan PP Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, menyebut modul ini sebagai panduan yang sesuai bagi para santri.“Pendidikan kesehatan reproduksi berbasis nilai Islam penting agar santri tumbuh menjadi generasi yang bertanggung jawab dan bermartabat,” ujar dia.

Sementara itu, YGSI bersama Kemenag kembali menggelar uji coba dan sosialisasi modul SETARA berperspektif Islam edisi kedua di Kabupaten Garut pada 23–24 April 2025. Kegiatan ini berlangsung di tiga madrasah—MTs An Nashr, MTs Ma’Arif Cilageni, dan MTsN 2 Garut—serta tiga pesantren yaitu Ponpes Al Furqon, Ponpes Darul Ulum, dan Ponpes Persis Rancabango.

Ilham Haryaji, Kepala Pondok Putera Pesantren Persis 99 Rancabango Garut, menyambut baik kehadiran modul ini. Menurut dia, secara keseluruhan modul ini merupakan terobosan baru karena di sekolahnya belum ada.

“Modul ini sangat berarti karena secara spesifik membahas pendidikan kesehatan reproduksi. Topik yang dibahas sangat penting dan relevan, terutama karena sudah mengakomodir nilai-nilai Islami,” kata dia.

Saepulloh, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Garut, menyampaikan pandangannya terhadap pentingnya modul ini. “Modul pendidikan kesehatan reproduksi yang mengandung nilai Islami merupakan sebuah aset untuk Kementerian Agama mewujudkan kontribusi tercapainya generasi Indonesia Emas.”

Arskal Salim, Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI, juga menekankan nilai strategis dari modul ini. Menurut dia, modul ini memiliki makna besar karena merupakan respon terhadap persoalan yang menimpa peserta didik di lembaga pendidikan Islam. “Modul ini tidak hanya berguna bagi siswa madrasah dan pesantren, tetapi juga untuk guru dan orangtua karena tidak hanya menjelaskan aspek biologis, melainkan juga nilai-nilai agama.”

Pengembangan modul SETARA berperspektif Islam ini didukung oleh program Power to Youth (PtY) dan Right Here Right Now 2 (RHRN2), yang mendorong pendidikan kesehatan reproduksi inklusif dan berbasis hak di kalangan remaja di Indonesia.

Dukungan kedua program global ini tidak hanya bersifat finansial, tetapi juga substantif—memberikan pendekatan berbasis bukti, praktik baik serta menjunjung hak asasi manusia yang memperkuat konten serta metodologi modul. Program ini juga memastikan partisipasi bermakna dari orang muda, termasuk mereka yang berasal dari kelompok rentan, sehingga isi modul benar-benar mencerminkan kebutuhan dan pengalaman remaja Indonesia dalam berbagai konteks sosial dan budaya.

Melalui kolaborasi lintas sektor ini, YGSI dan Kemenag turut menunjukkan bahwa pendidikan kespro yang selaras dengan nilai-nilai agama bukanlah hal yang kontradiktif, melainkan kunci dalam membentuk generasi muda yang sehat, kritis, dan berintegritas. (*)

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |