TEMPO.CO, Jakarta -Direktur & Chief Enterprise Strategic Relationship Officer XLSmart, Andrijanto Muljono, menceritakan kesepakatan merger yang dilakukan antara PT XL Axiata Tbk dan PT Smartfren Telecom Tbk sebagai upaya menyelamatkan perusahaan.
Dua perusahaan penyedia layanan telekomunikasi itu sepakat bergabung menjadi satu perusahaan bernama XLSmart pada 16 April lalu. “Tidak ada satu pihak pun yang menginginkan merger, itu adalah suatu keterpaksaan,” kata Andrijianto dalam sesi diskusi Indonesia Digital Forum 2025, di JW Marriott, Jakarta Selatan, Kamis, 15 Mei 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Andrijianto yang merupakan bekas Direktur Eksekutif Smartfren itu mengatakan kesepakatan merger diambil karena formula bisnis perusahaan yang kurang menguntungkan. Belum lagi, kata dia, mahalnya pembangunan infrastruktur layanan dan regulasi juga menjadi tantangan bagi industri telekomunikasi untuk bertahan. “Kalau skala kita tidak besar itu enggak akan bisa survive,” kata dia.
Ia mengatakan ketika tiga tahun lalu memimpin Smartfren, dihadapkan dengan pilihan untuk memecat karyawan. Namun, perusahaan bisa merugi jika langkah itu diambil. “Saya saksi hidup bagaimana telco operator ini harus survive, jadi kami lakukan merger,” ujar dia.
Penggabungan XL Axiata dan Smartfren dilakukan melalui merger tiga perusahaan, yaitu PT XL Axiata Tbk, PT Smartfren Telekom Tbk, dan PT Smart Telecom.
Merger ketiganya telah disepakati Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) yang diselenggarakan masing-masing perusahaan pada Selasa, 25 Maret 2025. "Kami percaya kombinasi bisnis ini akan membuat keuangan industri ini semakin sehat," kata Group CEO Axiata Group Vivek Sood dalam konferensi pers seusai RUPS-LB di Hotel JW Marriott, Jakarta.
XL Axiata dan Smartfren menggunakan nama baru yakni XL Smart. Tanggal efektif penggabungan atau legal day one XL Smart jatuh pada 16 April 2025.
Dalam keterangan pers XL Axiata dan Smartfren, nilai gabungan prasinergi disebutkan mencapai US$ 6,5 miliar dengan nilai sinergi prapajak diperkirakan hingga US$ 300-400 juta per tahun. Data keuangan itu berasal dari laporan tahunan 2023 dengan asumsi kurs Rp 16.000 per dolar AS.
XL Axiata dan Smartfren juga memperkirakan pendapatan proforma mencapai US$ 2,9 miliar atau Rp 45,8 triliun. Selain itu, EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) perusahaan juga mencapai Rp 22,5 triliun.
XL Axiata dan Smartfren menyebut total pelanggan gabungan mereka mencapai 94,5 juta orang. Sementara itu, pangsa pasar gabungan mereka klaim mencapai 25 persen.
RUPS-LB PT XL Axiata Tbk, PT Smartfren Telekom Tbk, dan PT Smart Telecom juga telah menyepakati susunan direksi dan komisaris setelah merger. Perusahaan baru XL Smart bakal dipimpin Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Rajeev Sethi.
Sementara itu, eks ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid akan menjadi Presiden Komisaris XL Smart. Mantan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi juga diangkat menjadi komisaris indenpenden. Mereka akan mulai menjabat setelah tanggal efektif penggabungan.
Smartfren adalah perusahaan telekomunikasi yang merupakan bagian dari Sinarmas Group. Sementara itu, XL Axiata adalah perusahaan telekomunikasi seluler di Indonesia yang mayoritas sahamnya dimiliki Axiata Investments (Indonesia) Sdn. Bhd, anak perusahaan dari Axiata Group Berhad.