Hana Malasan Ungkap Pentingnya Peran Guru di Era Digital, Jadi Penunjuk Arah

6 hours ago 8

CANTIKA.COM, Jakarta - Aktris Hana Malasan membagikan kisah di balik perannya sebagai Ibu Guru Diana dalam film Pengepungan di Bukit Duri, karya terbaru dari sutradara Joko Anwar. Dalam perannya sebagai guru bimbingan konseling, Hana menjalani proses riset dan diskusi mendalam untuk menghidupkan karakter yang menyentuh sisi emosional pendidikan.

“Sebagian besar prosesnya adalah diskusi dan reading bersama Abang Joko Anwar,” ujar Hana kepada Cantika, Senin, 5 Mei 2025. “Saya sudah cukup familiar dengan dunia pendidikan, karena selain dari pengalaman sekolah dulu, ayah saya dan kakak saya juga dosen. Jadi saya tahu seperti apa dinamika belajar-mengajar di dunia nyata.”

Secara khusus, untuk peran sebagai guru konseling, Hana mengandalkan ketertarikannya terhadap dunia psikologi. “Dari dulu saya memang senang baca buku psikologi dan nonton video atau podcast soal itu. Pengetahuan itu akhirnya saya kumpulkan dan terapkan untuk membentuk karakter Ibu Diana," ucap pemeran dalam film Sorop ini. 

Hana juga menceritakan persiapan fisik dan emosional menjelang adegan klimaks film, terutama saat pengepungan yang menegangkan. “Karena adegannya cukup intens, kami selalu melakukan pemanasan sebelum syuting, dan menjaga stamina lewat olahraga. Tapi yang paling berkesan adalah bagaimana Abang Joko selalu memberi pengarahan tentang apa yang dialami karakter sebelum masuk ke scene. Itu sangat membantu membangun emosi yang dalam dan utuh,” kata Hana.

Pentingnya Peran Guru di Era Digital

Tak hanya berbicara tentang proses akting, Hana juga menekankan pentingnya peran guru di era digital saat ini. “Anak-anak sekarang mungkin lebih dari 50 persen waktunya dihabiskan di sekolah, jadi guru itu seperti pengganti orang tua. Mereka bukan hanya mengajarkan teori, tapi juga membentuk karakter anak,” tegasnya.

Menurut Hana, guru berperan sebagai penunjuk arah yang membantu siswa memilah informasi, membangun nilai-nilai hidup, serta mendampingi mereka tumbuh sebagai manusia seutuhnya. “Bukan hanya pintar secara intelektual, tapi juga punya empati, akar yang kuat, dan karakter yang kokoh,” tutup Hana.

Pesan dalam Film Pengepungan di Bukit Duri 

Melalui film Pengepungan di Bukit Duri, Joko Anwar merespons situasi terkini Indonesia yang amat relevan tentang isu kekerasan dan urgensi pembenahan pendidikan Indonesia, menyangkut masa depan remaja Indonesia yang terjebak dalam situasi terpuruk.

Dikemas dengan genre drama-thriller, Joko Anwar memberikan intensitas ketegangan dari awal hingga akhir secara konsisten. Dengan berani, Pengepungan di Bukit Duri menggambarkan situasi yang mungkin saja akan terjadi pada tahun 2027, jika kita semua tak bersuara untuk melakukan pembenahan.

Jajaran pemeran dan tim produksi film Pengepungan di Bukit Duri dalam konferensi pers perilisan trailer di kawasan Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis, 30 Januari 2025. TEMPO/Jasmine

Kekerasan-kekerasan yang terjadi, direpresentasikan dalam aksi laga yang mengancam nyawa di dunia sekolah. Lewat latar yang dibangun oleh Dennis Susanto, dengan sinematografi yang diramu oleh kolaborator lama Joko Anwar, Jaisal Tanjung, serta musik yang digubah oleh Aghi Narottama, menjadikan dunia di “Pengepungan di Bukit Duri” layaknya sebuah negara yang salah urus.

Pilihan Editor: Meditasi dan Teh Hijau Jadi Kunci Sehat Hana Malasan

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |