Mengambil Jalan Moderasi padahal Bukan Solusi

3 weeks ago 25

Image Winda Kurniawati

Agama | 2025-09-10 18:20:27

FKUB Bondowoso Jatim bersama jajaran Forkopimda megadakan rapat persiapan acara Kemah Moderasi Beragama. Bertempat di Aula Kejaksaan Negeri Bondowoso 21 Agustus lalu. Rapat ini dipimpin langsung oleh Kepala Kejari, Pak Dzakiyul Fikri. Beberapa pejabat daerah dan tokoh agama juga ikut hadir. Dari TNI, ada Kapten Inf. Moelyanto dari Kodim 0822 yang turut meramaikan suasana. Acara Kemah Moderasi Beragama yang digagas FKUB Bondowoso digelar tanggal 29–30 Agustus 2025. Bertempat di area Wisata Teduh Glamping, Hutan Pelangi, dan Hutan Bambu Sumberwringin, Bondowoso Jawa Timur. Kegiatan ini seyogyanya diikuti 40 peserta yang berasal dari beragam organisasi dan sekolah. (medianasionalcakrawala.com)

Beberapa tahun terakhir, topik moderasi beragama makin sering dibahas di dunia pendidikan—mulai dari sekolah, kampus, sampai pesantren. Tidak hanya lewat seminar, tapi juga lewat berbagai kegiatan seru, seperti kemah bersama misalnya. Ada juga yang berkreasi membuat rumah moderasi, menyelipkan nilai-nilai moderasi kedalam pelajaran, sampai lomba pidato dan membuat video bertema moderasi beragama. Bahkan, belum lama ini, BNPT sempat mampir ke kampus untuk kerja sama membuat kampus yang mendukung semangat kebangsaan dan moderasi beragama.

Moderasi beragama bisa cegah konflik??

Moderasi beragama digalakkan karena dianggap bisa cegah konflik dan ketidak adilan. Tapi sejak dijalankan, kondisi generasi muda kita malah makin bikin resah—iman makin luntur, pergaulan bebas makin marak, kasus kekerasan, narkoba, judi online, sampai gangguan mental makin banyak. Jadi masalah generasi dan semua persoalan yang ada di negeri ini ataupun diseluruh dunia bukan karena masalah toleransi beragama. Masalah yang muncul di berbagai lapisan masyarakat disebabkn karena persoalan yang kompleks. Mulai dari kemiskinan, pendidikan yang tidak merata , pendidikan yang jauh dari norma agama, korupsi yang menyebabkan kesenjangan, pencaplokan SDA oleh asing ,oligarki, nepotisme, dan...masih banyak masalah lain yang tidak bisa ditulis semuanya disini. Lantas mengapa mengambil jalan moderasi yang justru bukan solusi? Bahkan moderasi beragama ini sangat berbahaya bagi umat Islam.

Apa bahayanya? Ide moderasi beragama yang menawarkan cara beragama sesuai niai nilai Barat seperti demokrasi, pluralisme, sinkretisme,dan liberalisme semakin menjauhkan gambaran ideal generasi muslim. Ini jelas berbahaya bagi umat Islam, terkhusus generasi muda. Moderasi beragama menciptakan pemuda moderat, yang tidak memiliki keyakinan kuat akan akidah dan syariatnya.

Moderasi beragama sebenarnya bukan ide baru—konsep ini pertamakali dirancang barat sebagai kelanjutan dari apa yang disebut “ perang melawan terorisme “. Tujuannya mengubah cara pandang umat Islam terhadap agamanya, supaya tidak lagi memandang Barat sebagai “musuh.” Program moderadi ini dikhawatirkan mendorong sikap toleran yang berlebihan, hingga membuat generasi muslim lemah dalam keyakinan, menjadi sekuler, dan jauh dari ajaran Islam yang benar.

Bagaimana seharusnya kita menyikapinya?

Kita sadari keberagaman itu bukan sesuatu yang bisa dihindari—ia adalah bagian alami dari kehidupan masyarakat. Sejak dulu, umat Islam sudah terbiasa hidup berdampingan dengan berbagai kelompok dan keyakinan, tanpa merasa terancam atau bingung menghadapinya. Justru, ajaran Islam punya panduan yang jelas dan bijak dalam mengelola perbedaan, sehingga keberagaman tidak berubah menjadi sumber konflik.

Banyak bukti, baik dari ayat-ayat Al-Qur’an maupun sejarah, menunjukkan bahwa Islam sangat menghargai kebebasan beragama. Salah satu contohnya ada di QS Al-Baqarah ayat 256 yang menegaskan: “Tidak ada paksaan dalam (menganut)agama ”—artinya, umat Islam tidak boleh memaksa orang lain untuk masuk Islam. Keyakinan itu harus lahir dari hati, bukan tekanan. Lebih dari itu, Islam juga membiarkan pemeluk agama lain menjalankan ibadah sesuai kepercayaan mereka. Bahkan, ketika berdiskusi atau berdialog dengan non-Muslim, umat Islam diperintahkan untuk bersikap baik dan santun. QS. Al-Ankabut ayat 46 menyampaikan dengan jelas: “Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli Kitab, melainkan dengan cara yang baik.” Islam punya panduan jelas tentang bagaimana hidup berdampingan secara damai dengan pemeluk agama lain dalam satu negara.

Dalam sistem hukum Islam, warga non-Muslim yang tinggal di negara Islam disebut zimi—istilah ini berasal dari kata dzimmah, yang artinya tanggung jawab untuk menjaga perjanjian. Artinya, negara punya kewajiban untuk melindungi hak-hak mereka,mulai dari keyakinan, kehormatan, akal, nyawa, sampai harta benda. Sebagai bagian dari masyarakat, zimi punya hak yang sama dengan warga Muslim. Tidak boleh ada perlakuan yang diskriminatif hanya karena perbedaan agama. Islam menekankan keadilan dan perlindungan untuk semua. Bahkan Rasulullah ﷺ pernah bersabda dengan tegas: “Siapa pun yang menyakiti seorang zimi, maka aku akan menjadi lawannya; dan siapa yang menjadi lawanku, maka aku akan menuntutnya di Hari Kiamat.” Pesan ini menunjukkan betapa seriusnya Islam dalam menjaga hak dan kehormatan warga non-Muslim yang hidup di bawah naungan negara Islam.

Jadi, kalau ada ide toleransi yang datang dari Barat dan dijual ke negeri-negeri Muslim, sebenarnya itu bukan hal baru. Umat Islam sudah lama mempraktikkan sikap toleran dan santun, sesuai dengan ajaran syariat. Yang penting, dalam menjalankan toleransi, umat Islam cukup berpegang pada tuntunan yang sudah ada dalam hukum Islam—tanpa perlu ditambah-tambahi atau dicampur dengan pemahaman lain yang bisa mengaburkan prinsip dasarnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |