Respons Pemprov NTT setelah Video Pungutan Liar di Ratenggaro Viral

3 hours ago 5

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merespons kejadian tidak menyenangkan karena pungutan liar yang dialami wisatawan sekaligus Youtuber Jajago Keliling Indonesia di Desa Adat Ratenggaro, Kabupaten umba Barat Daya (SBD), pada Ahad, 12 Mei 2025. Video kejadian tersebut diunggah di media sosial beberapa hari setelahnya dan menjadi viral.

Gubernur Nusa Tenggara Timur Melkiades Laka Lena menilai peristiwa tersebut merusak citra pariwisata di provinsi berbasis kepulauan itu. Dia berharap kehadian tersebut menjadi yang terakhir di NTT. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kami harapkan ini menjadi yang terakhir kalinya, karena merusak nama pariwisata di NTT khususnya di Sumba,” ujar dia, seperti dilansir Antara, Selasa, 20 Mei 2025.

Dia meminta Kadis Pariwisata NTT Noldi Pellokila untuk berkoordinasi dengan Dispar SBD serta Dispar di kabupaten lain yang memiliki potensi yang sama seperti yang terjadi di Ratenggaro. Menurut dia, pariwisata di desa wisata adat Ratenggaro adalah wisata berbasis komunitas, jadi mestinya musyawarah mufakat dengan masyarakat setempat untuk bagi hasil harus jelas.

“Selain itu tata kelola musti jelas, dan juga dicari permasalahan kayak yang terjadi di SBD itu,” ujar dia.

Jaga Kenyamanan Wisatawan 

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT Noldi Pellokila mengatakan bahwa Pemprov meminta agar setiap kepala daerah di Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) bisa menjaga keamanan dan kenyamanan wisatawan saat berkunjung ke lokasi wisata. Terkait dengan kejadian di Ratenggaro, ia mengaku sudah menyiapkan surat untuk dikirim ke Bupati SBD. 

Noldi mengatakan bahwa kasus ini menjadi pembelajaran bagi setiap daerah yang memiliki desa dengan banyak kunjungan wisatawan. Ia mengatakan bahwa di provinsi itu banyak desa wisata, tetapi belum menetapkan status desa wisata sehingga tidak dikelola dengan baik. 

"Kalau ada desa wisata tentunya ada kelompok sadar wisata (Pokdarwis). Nah Pokdarwis inilah yang akan mengelola desa wisata," ujar dia, kepada Antara, Selasa, 20 Mei 2025. 

Pokdarwis, kata dia, dapat menata pariwisata mulai dari mengurus parkir, mengelola kawasan wisata, serta mengelola kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan yang berkunjung.

Ia mengatakan akan segera memfasilitasi semua dinas pariwisata kabupaten/kota di NTT untuk memberikan pembekalan serta menetapkan status desa wisata dan memfasilitasi pembentukan kelompok sadar wisata. Hal itu merupakan salah satu upaya untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti pungutan-pungutan di luar dari ketentuan.

Pungutan Liar di Ratenggaro

Video yang viral di media sosial itu mengungkap pungutan liar yang ditagih kepada pasangan Youtuber John dan Riana, pemilik akun Jajago Keliling Indonesia, pada Ahad, 12 Mei 2025. Mereka mengaku dimintai uang yang tidak sesuai ketentuan oleh anak-anak dan orang dewasa selama berkunjung ke desa itu. 

Dalam video, mereka melakukan beberapa aktivitas wisata, seperti berfoto, naik kuda, dan menerbangkan drone. Beberapa anak tampak mengikuti mereka dan meminta bayaran yang menurut John tidak sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. 

"Pas bayar, malah dimintain lebih. Sewa kuda awalnya deal 50rb, ditagih 75rb. Jasa foto awalnya deal 10rb dimintain 25rb," tulis mereka dalam keterangan video yang diunggah di Instagram. 

Di video lain, mereka juga menunjukkan pungutan yang ditagih ke mereka saat melewati sebuah jalan setelah keluar dari desa wisata menuju Tambaloka, ibu kota SBD. 

"Untungnya, yg diminta hanya uang. Namun, bukan soal nominalnya.. Melainkan tindakan beliau yg menyetop kendaraan lewat. ditambah lagi dengan beberapa anak² yg juga sepertinya diajari untuk melakukan tindakan serupa. Sungguh miris," demikian keterangan dalam video yang diunggah Ahad, 18 Mei 2025. 

John, yang dihubungi Ahad lalu, mengonfirmasi kejadian tersebut. Ia berharap video ini menjadi bahan evaluasi agar pariwisata di NTT, khususnya Sumba, semakin baik. Sebab, menurut dia, NTT sangat indah dan warganya bersikap baik. "Selama lima bulan keliling NTT, NTT aman. Cuma Ratenggaro saja yang aneh," kata dia. 

Desa Adat Ratenggaro menarik perhatian wisatawan karena memadukan keindahan alam dan budaya yang unik. Desa ini terletak di tepi pantai. Keunikannya terletak pada kuburan batu berusia ribuan tahun serta rumah adat dengan masyarakat yang masih menjalani adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari. 

Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 
Pilihan Editor:  Cara Desa Adat Bali Menertibkan Pungutan Liar untuk Pendatang
Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |