Sosok Yulia Evina Bhara, Produser yang Jadi Juri Festival Film Cannes 2025

4 hours ago 7

TEMPO.CO, Jakarta - Festival Film Cannes 2025 mulai besok, kembali menjadi ajang unjuk gigi bagi sineas dunia, dan tahun ini Indonesia patut berbangga.

Untuk pertama kalinya, produser film asal Indonesia, Yulia Evina Bhara, dipercaya menjadi salah satu juri di Semaine de la Critique (Critics’ Week), segmen khusus dari festival bergengsi ini yang fokus pada penemuan bakat-bakat baru dalam sinema internasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Critics’ Week merupakan salah satu bagian penting di Cannes yang melahirkan nama-nama besar dunia perfilman.

Jajaran Juri Bergengsi

Yulia menjadi satu dari lima juri yang ditunjuk untuk menilai film-film terpilih dalam Critics’ Week edisi ke-64. Ia bergabung dengan nama-nama berpengaruh di dunia film seperti Rodrigo Sorogoyen, sutradara dan produser asal Spanyol yang menjadi ketua juri tahun ini.

Selain itu, juri lainnya adalah Jihane Bougrine, kritikus film dan jurnalis asal Maroko yang aktif di Le Desk dan Vogue Arabia, serta anggota panitia seleksi Festival Film Internasional Marrakech.

Kemudian ada Josee Deshaies, sinematografer Prancis-Kanada yang karya-karyanya masuk nominasi César dan Light Awards. Satu nama lain yang tak kalah mencolok adalah Daniel Kaluuya, aktor Inggris peraih Oscar yang dikenal lewat film-film seperti Get Out, Nope, dan Judas and the Black Messiah.

Para juri ini akan menentukan pemenang beberapa penghargaan bergengsi seperti AMI Paris Award untuk film fitur terbaik, French Touch Jury Award, Louis Roederer Foundation Rising Star Award, dan Leitz Cine Discovery Prize untuk film pendek terbaik.

Profil Yulia Evina Bhara

Karier Yulia bermula dari dunia teater, ia secara otodidak memproduksi pertunjukan selama tujuh tahun dengan tema sejarah dan kemanusiaan. Ia kemudian mendirikan rumah produksi KawanKawan Media, dan mulai memproduksi film sejak 2012 melalui yayasan Partisipasi Indonesia.

Menurut situs Torino Film Lab, film pendek pertamanya, On the Origin of Fear (2016), sukses diputar di Venice International Film Festival dan berkompetisi di Toronto serta Clermont-Ferrand. Film ini juga meraih penghargaan Special Mention di Singapore International Film Festival, menandai kiprah internasional Yulia di panggung film dunia.

Nama Yulia mulai dikenal luas lewat film panjang pertamanya, Solo, Solitude (Istirahatlah Kata-kata, 2016), yang disutradarai Yosep Anggi Noen. Film ini ditayangkan di Locarno Film Festival dan memperkenalkan publik internasional pada kisah aktivis Wiji Thukul.

Dikutip dari Indonesian Film Center, karya lainnya mencakup Hiruk-Pikuk Si Al-Kisah (2019), You and I (2020), dan Autobiography (2023), yang berhasil masuk berbagai festival internasional dan semakin memantapkan posisinya sebagai produser papan atas Indonesia.

Renoir

Selain menjadi juri, Yulia juga terlibat sebagai ko-produser film Renoir, salah satu dari 21 film yang terpilih untuk kompetisi utama Cannes 2025. Film ini disutradarai oleh Chie Hayakawa dari Jepang dan merupakan produksi kolaboratif antara Jepang, Prancis, Singapura, Filipina, dan Indonesia.

“Sungguh berita yang sangat menggembirakan Renoir masuk dalam kompetisi utama di Cannes, semoga setelah ke Cannes film ini juga dapat dinikmati oleh penonton di Indonesia,” kata Yulia.

Keterlibatannya menunjukkan peran aktif Indonesia dalam sinema global, tidak hanya sebagai peserta, tapi juga penentu arah. Dengan pengalaman yang kuat, kehadiran Yulia Evina Bhara di Cannes 2025 menjadi sinyal bahwa sinema Indonesia semakin diperhitungkan di panggung internasional.

Marvela dan Yuni Rohmawati turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan editor  Deretan Film Paling Dinantika di Festival Film Cannes

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |