REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Dharma Jaya memastikan stok daging di Jakarta mencukupi hingga tiga bulan ke depan. Karena itu, warga Jakarta tidak perlu khawatir akan terjadinya kelangkaan daging pada momen menjelang akhir tahun.
Direktur Utama Perumda Dharma Jaya, Raditya Endra Budiman, mengatakan, stok daging di gudang cold storage masih mencukupi. Dia menyatakan, stok yang ada masih bisa memenuhi permintaan masyarakat hingga tiga bulan ke depan.
"Kami insya Allah sudah, stok kami cukup untuk dua ampai tiga bulan ke depan, dan itu akan terus kita upayakan untuk ketahanannya," kata Raditya saat diskusi di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Jumat (3/10/2025).
Dia mengakui, hampir 90 persen stok daging di Dharma Jaya berasal dari impor. Sementara saat ini, kurs dolar AS sedang mengalami kenaikan, sehingga akan mempengaruhi harga daging impor.
Meski demikian, Raditya menyatakan, hingga saat ini belum ada kenaikan harga daging di pasaran. Perusahaan selalu belanja daging dalam partai besar ketika harga sedang turun.
"Ya, itulah gunanya tadi, kenapa kami perlu adanya cool storage. Karena kita jadi bisa menyimpan stok kami. Pada saat harga itu mahal, kita punya stok yang harganya masih di bawah harga yang sekarang," ujar Raditya.
Dia menjelaskan, dalam beberapa waktu ke depan juga akan ada lagi stok daging yang datang dari Australia. Namun, harga yang digunakan masih menggunakan harga lama. "Jadi mudah-mudahan ini juga bisa menjadi bagian dari salah satu antisipasi kenaikan harga atau kenaikan kurus dolar yang seandainya ini naik lagi," kata Raditya.
Bangun cold storage
Perumda Dharma Jaya berencana membangun tempat penyimpanan dingin (cold storage) dengan kapasitas penyimpanan 5.000 ton daging. Pembangunan itu dilakukan untuk menjaga ketersediaan daging di Jakarta tetap aman.
Dirut Raditya menyatakan, perusahannya diberi tugas untuk menjaga ketersediaan dan harga kebutuhan pangan, khususnya produk hewani. Menurut dia, dua hal itu hanya bisa dipenuhi apabila stok daging terjaga dengan baik.
"Semua ini tidak akan bisa kita lakukan kalau kita tidak punya stok. Nah untuk kami punya stok yang aman, maka kita perlu membangun cold storage atau tempat penyimpanan yang besar," kata Raditya.
Menurut dia, perusahaan saat ini, tengah berproses untuk membuat cold storage dengan kapasitas 5.000 ton. Ditargetkan, cold storage itu sudah dapat berfungsi pada 2026. "Saat ini sedang proses, proses penyaringan pihak ketiga yang mau jadi investor. Mudah-mudahan, kami targetkan di tahun depan ini sudah dapat terwujud," ujar Raditya.
Dia menilai, keberadaan cold storage dengan kapasitas 5.000 ton itu akan membuat stok daging di Jakarta lebih aman untuk menjaga ketersediaan bahan pangan. Mengingat, kebutuhan daging di Jakarta setiap tahunnya cukup tinggi, yaitu mencapai puluhan ribu ton. "Nah dengan kapasitas 5 ribu ton ini berarti Jakarta sudah mempunyai stok yang lumayan cukup untuk ketahanan pangan," jelas Raditya.
Saat ini Perumda Dharma Jaya telah memiliki cold storage dengan kapasitas 850 ton. Cold storage itu juga rencananya akan ditingkatkan kapasitasnya mencapai 1.350 ton. Raditya mengatakan, kebutuhan daging di wilayah Jakarta saat ini mencapai 70 ribu ton per tahun. Kebutuhan itu tentu tidak bisa seluruhnya dipenuhi oleh BUMD Jakarta Dharma Jaya.
"Jadi Dharma Jaya itu hanya memberikan pilihan kepada masyarakat, seandainya harga-harga itu melambung, maka Dharma Jaya punya stok untuk mengantisipasi. Misalnya kondisinya tidak normal, maka kami bisa memberikan pilihan kepada masyarakat untuk bisa mendapatkan daging dengan harga yang lebih terjangkau daripada harga yang di pasar," kata Raditya.