ESDM: Nggak Masalah Sebenarnya, di AS Bensin Shell Sudah Pakai Etanol

3 hours ago 5

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Laode Sulaeman menjelaskan, di dunia internasional sudah banyak yang menggunakan etanol di BBM.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Laode Sulaeman menjelaskan, di dunia internasional sudah banyak yang menggunakan etanol di BBM. Menurut dia, hal itu tidak mengganggu performa.

Laode mencontohkan negara seperti Brasil yang telah lama menerapkannya. Brasil memiliki industri hulu etanol yang besar. "E-nya itu sudah di atas 20 persen di sana. Jadi nggak masalah sebenarnya," kata Dirjen Migas di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (3/10/2025).

Lalu apa yang menyebabkan diskusi bisnis Pertamina-swasta sementara mengalami kebuntuan? Laode mengibaratkannya seperti membuat produk pisang goreng. Satu pihak menginginkan pisangnya direndam, dicuci, lalu digoreng. Pihak lain ingin setelah digoreng ditambahkan sedikit butiran garam.

"Butiran garam ini kira-kira etanolnya. Sama-sama enak, malah lebih enak. Tapi pihak pertama bilang, saya pesan pisang goreng tanpa garam. Begitulah kurang lebih. Enaknya sama," ujarnya.

Hal seperti ini, jelas dia, masih terus dikomunikasikan. Namun sekali lagi ia menekankan, dalam konteks global, relatif tidak ada masalah.

"Kalau di Amerika Serikat, Shell sudah pakai etanol. Di sana bensinnya memang menggunakan etanol, saya bisa kasih lihat bukti-buktinya," tutur Laode.

Hanya saja, ia memahami ada detail di lapangan yang harus diluruskan. Terutama ketika pihak swasta merasa produk basefuel tersebut tidak sesuai dengan kesepakatan awal.

"Satunya berpegang harus tidak ada etanol, yang satunya bilang ada sedikit pun tak masalah. Itu hanya untuk bikin BBM lebih kuat," kata Laode.

Pada sore hari ini, rapat antara badan usaha swasta dan Pertamina berlangsung di Ditjen Migas. Ini murni rapat B2B. Pemerintah hanya memfasilitasi. Ia mengajak awak media dan semua pihak yang mengikuti isu tersebut agar menunggu hingga rapat selesai berlangsung.

Di tengah dinamika ini, menurut Laode, sesuai jadwal, impor kargo kedua seharusnya sudah tiba. Jumlahnya sama dengan kargo pertama yakni 100 ribu kiloliter (KL). Namun untuk lebih pastinya, informasi lengkap ada di Pertamina Patra Niaga.

Ia memastikan basefuel yang diimpor tetap akan dipakai, apapun keputusan diskusi B2B tersebut. Pertamina sendiri dapat memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan pasokan di lapangan.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |