Infrastruktur kuno di Roma tidak dirancang untuk menampung volume sampah di era modern sehingga kota itu mengalami krisis sampah.
24 April 2025 | 10.18 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Roma dinobatkan sebagai kota wisata paling kotor di dunia dalam sebuah laporan yang disusun oleh Eagle Dumpster Rental, perusahaan pengelolaan sampah yang berbasis di Amerika Serikat. Meski demikian, ibu kota Italia ini tak pernah sepi dari turis berkat bangunan-bangunan bersejarahnya.
Menurut laporan yang dikutip Travel and Leisure, pengelolaan sampah di kota itu buruk. Kondisi Roma yang kotor ini membuat penduduk lokal frustrasi. Pengunjung juga sering mengeluh tentang sampah, meski tidak kapok datang. Kota itu menghasilkan jumlah sampah per orang yang cukup tinggi, yakni 1.444 pon per tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Brian McDaid, pakar daur ulang Eagle Dumpster Rental, mengatakan bahwa jalan-jalan bersejarah Roma mengalami krisis sampah modern. "Infrastruktur kuno kota itu tidak dirancang untuk menampung volume sampah modern, sehingga menimbulkan tantangan bagi penduduk dan wisatawan," kata dia, seperti dikutip Travel and Leisure.
Kunjungan Wisata Roma
Roma merupakan salah satu kota favorit bagi wisatawan di seluruh dunia. Kota ini memiliki banyak bangunan peninggalan sejarah seperti Colosseum, Pantheon, dan Air Mancur Trevi. Jumlah wisatawan asing yang mengunjungi kota itu meningkat setiap tahunnya, dan tahun lalu mencapai rekor dengan 22 juta turis, menurut Turismo Roma. Tahun ini, Roma menargetkan kunjungan wisatawan sebesar 32-35 juta orang, bertepatan dengan peringatan tahun Yubileum yang berlangsung setiap 25 tahun.
Meski jadi kota terkotor, Roma bisa mempelajari banyak hal dari kota-kota teratas dalam daftar ini untuk meningkatkan pengelolaan sampah bagi wisatawan dan penduduk. "Kota-kota terbersih menunjukkan bahwa sistem pengelolaan sampah yang efektif, pendidikan publik, dan infrastruktur yang tepat dapat menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih menyenangkan bagi semua orang, baik mereka yang berkunjung untuk satu hari atau tinggal seumur hidup," kata McDaid.
Metode Pemeringkatan
Pemeringkatan ini dilakukan dengan menganalisis tempat-tempat wisata utama di seluruh dunia berdasarkan faktor-faktor seperti kebersihan jalanan, praktik pengelolaan sampah, persepsi kebersihan publik, dan produksi sampah per kapita. Mereka menggunakan fakta dan angka dari basis data kualitas hidup Numbeo, basis data pengelolaan limbah padat Atlas D-Waste, dan sumber daya khusus kota untuk laporannya. Setelah itu, setiap destinasi diberi Skor Kebersihan Jalan.
Jika Roma jadi kota wisata terkotor, Singapura dinobatkan jadi kota wisata terbersih dalam daftar ini.