Linimasa Perang Dagang antara Amerika Serikat dengan Cina

5 hours ago 8

TEMPO.CO, Jakarta - Perang dagang antara Amerika Serikat dengan Cina mereda untuk sementara waktu setelah kedua raksasa dunia ini sepakat mengurangi tarif bea masuk menjadi sebesar 10 persen selama 90 hari. Kesepakatan antara Amerika Serikat dengan Cina ini dicapai 13 Mei 2025.

Dilansir dari Al Jazeera, dalam pernyataan yang dirilis pada Senin, kedua negara menegaskan pengakuan mereka terhadap pentingnya hubungan ekonomi dan perdagangan bilateral serta perlunya membangun kerja sama ekonomi dan perdagangan yang berkelanjutan, jangka panjang, dan saling menguntungkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejak dipimpin Donald Trump, Amerika Serikat sudah menargetkan perang dagang dengan Cina. Trump merasa Amerika Serikat dirugikan dengan membanjirnya produk dari Negeri Tembok Raksasa itu. Karena itu sejak terpilih kembali, Trump langsung tancap gas menaikkan tarif bea masuk bagi Cina dan sejumlah negara termasuk Indonesia.

Begini kronologi kebijakan Trump menaikkan tarif impor bagi sejumlah negara:

Januari - Februari 2025:

  • 20 Januari: Trump dilantik kembali menjadi Presiden Amerika Serikat dan langsung mengusulkan tarif 25 persen untuk Kanada dan Meksiko mulai 1 Februari, serta membentuk badan pajak luar negeri (belum terealisasi).
  • 26 Januari: Trump mengancam tarif impor 25 persen untuk Kolombia, dibalas dengan kebijakan serupa, namun kemudian kedua negara meredakan ketegangan.
  • 1 Februari: Trump resmi teken tarif bea masuk 10 persen untuk produk-produk dari Tiongkok dan 25 persen untuk Kanada dan Meksiko. Kebijakan Trump ini kemudian memicu ancaman balasan.
  • 4 Februari: Tiongkok langsung membalas dengan tarif hingga 15% terhadap barang AS, berlaku mulai 10 Februari.
  • 10-13 Februari: Trump mengumumkan kenaikan tarif impor baja dan aluminium, serta rencana tarif “resiprokal” untuk menyamai tarif dari negara lain.
  • Akhir Februari - awal Maret: Trump pertimbangkan tarif atas tembaga dan kayu demi alasan keamanan nasional.

Maret 2025:

  • 4 Maret: Trump mengeluarkan kebijakan tarif sebesar 25 persen untuk produk-produk Kanada dan Meksiko mulai berlaku. Tarif impor produk Tiongkok naik menjadi 20 persen.
  • 5-6 Maret: Trump beri pengecualian sementara untuk industri otomotif Kanada dan Meksiko.
  • 10-12 Maret: Tiongkok membalas tarif hingga 15 persen untuk produk pertanian Amerika Serikat, Trump kenakan tarif penuh untuk baja dan aluminium.
  • 13-26 Maret: Ketegangan meningkat. Trump mengancam tarif 200 persen untuk anggur dari Eropa dan 25 persen untuk mobil asing; berbagai negara menyiapkan respons balasan atas  kebijakan Trump.

April 2025:

  • 2-5 April: Trump umumkan tarif “resiprokal” secara luas, termasuk 34 persen untuk Tiongkok dan 20–32 persen untuk negara lain; sebagian tarif diberlakukan mulai 5 April.
  • 9–11 April: Trump menaikkan tarif impor  Tiongkok menjadi 145 persen sementara Tiongkok membalas hingga 125 persen.
  • 14 April: Pemerintah AS mulai menyelidiki sektor semikonduktor dan farmasi untuk kemungkinan tarif baru.
  • 29 April: Tarif otomotif dilonggarkan untuk mobil yang dirakit di AS menggunakan komponen asing.

Mei 2025:

  • 3-6 Mei: Tarif impor suku cadang mobil mulai berlaku; Trump mengancam tarif 100 persen untuk film asing; defisit perdagangan Amerika Serikat mencapai rekor 140,5 miliar dolar Amerika Serikat.
  • 7 Mei: Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve menahan suku bunga akibat ketidakpastian dampak tarif.
  • 8 Mei: Amerika Serikat  dan Inggris mengumumkan kesepakatan dagang, Inggris dapat kuota impor mobil dan bebas tarif baja dan aluminium.
  • 12 Mei: AS dan Tiongkok sepakat gencatan dagang 90 hari, memangkas tarif masing-masing jadi 30 persen dan 10 persen.

Tarif yang diberlakukan selama masa kepresidenan Donald Trump telah mendorong Amerika Serikat ke dalam perang dagang global, meningkatkan ketegangan ekonomi dengan sejumlah negara dan menciptakan ketidakpastian perdagangan. Dilansir dari PBS, Selama masa jabatannya, Trump secara agresif menargetkan Tiongkok dengan menerapkan tarif pada sebagian besar barang impor dari negara tersebut, yang kemudian dibalas Beijing dengan kebijakan serupa terhadap produk-produk AS. 

Trump juga memanfaatkan ancaman tarif untuk menekan Kanada dan Meksiko agar menyetujui perundingan ulang perjanjian dagang Amerika Utara, yang menghasilkan Perjanjian AS-Meksiko-Kanada (USMCA) pada 2020. Para ekonom menyoroti, kebijakan tarif Trump yang lebih luas kali ini bisa menimbulkan dampak yang lebih besar bagi dunia usaha dan perekonomian global.

Kenaikan harga sebagai akibat dari kebijakan ini kemungkinan besar akan dibebankan kepada konsumen. Selain itu, suasana ketidakpastian semakin terasa akibat ancaman tarif Trump yang kerap berubah-ubah serta respons balasan dari negara-negara lain dalam beberapa bulan terakhir.

Perang dagang yang kian memanas dalam beberapa bulan terakhir telah menyebabkan penurunan tajam dalam volume pengiriman barang melintasi Samudra Pasifik. Namun, para investor tetap optimis bahwa gencatan senjata akan memicu pemulihan, tercermin dari kenaikan saham sejumlah perusahaan pelayaran terbesar di dunia.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |