Menteri HAM Dukung Langkah Dedi Mulyadi Kirim Para Pelajar Nakal ke Barak Militer

3 hours ago 7

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengirim siswa anak-anak yang dianggap nakal ke barak militer. Menteri Hak Asasi Manusia atau Menteri HAM Natalius Pigai turut mendukung langkah Dedi mengirim siswa yang sering berbuat onar dan tawuran ke barak militer untuk dibina karakter, mental, dan disiplinnya.

"Siswa dididik di barak, barak pendidikan. Artinya apa? Itu dalam rangka peningkatan, yang pertama disiplin, kedua mental, ketiga tanggung jawab, dan keempat moral,” ujarnya dikutip dari Antara, Senin, 12 Mei 2025, .

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan di barak militer itu telah dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat bekerja sama dengan TNI Angkatan Darat. Program itu telah berlangsung sejak Kamis, 1 Mei 2025. Program yang diberi nama Pendidikan Karakter, Disiplin, dan Bela Negara Kekhususan itu dilaksanakan di dua tempat, yaitu Lapangan Kujang Rindam III/Siliwangi, Bandung, dan Markas Resimen Armed 1/Sthira Yudha/1 Kostrad Kabupaten Purwakarta.

Tujuan dan Fungsi Barak Militer

Barak militer merupakan fasilitas tempat tinggal prajurit yang dirancang untuk mendukung operasi, pelatihan, dan kegiatan militer. Barak militer fisilitas penting dalam struktur organisasi TNI yang biasanua dikenal dengan istilah tangsi. Pada masa kolonial, tangsi merujuk pada bangunan tempat tinggal pasukan dengan fungsi administratif dan militer.

Saat ini, barak militer tak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, namun juga sebagai pusat pelatihan yang menanamkan disiplin, kerja sama, dan ketahanan fisik. Dalam konteks pembinaan remaja, barak berfungsi sebagai sarana pendidikan karakter, dan bukan hukuman, meski tetap bertujuan menciptakan lingkungan yang tertib dan kondusif. 

Pendidikan barak dalam konteks pembinaan remaja dikhususkan bagi anak-anak yang tergolong ‘nakal’ dengan berperilaku seperti anggota geng motor, tawuran, minum minuman beralkohol, kecanduan gim daring atau bolos sekolah.

Dalam hal kebijakan Dedi Mulyadi terkait siswa yang dimasukkan ke barak militer, Menteri HAM Natalius Pigai mengatakan program ini jauh dari sistem hukuman fisik. Ia menjelaskan pendidikan yang memiliki sentuhan fisik disebut corporal punishment (hukuman fisik), seperti pada masa sekolah dahulu, cubit telinga, pukul pakai rotan, dan perlakuan lainnya. 

Dalam istilah ini, kata dia, pemberian hukuman yang menimbulkan rasa sakit fisik pada tubuh seperti memukul, menampar, hingga mencambuk, bahkan sampai melukai seseorang. “Itu corporal punishment, mungkin itu yang kami tidak setuju. Akan tetapi, saya sudah cek, Pak Dedi Mulyadi sudah sampaikan bahwa itu tidak ada. Lebih pada peningkatan satu kemampuan, keterampilan, dan produktivitasnya,” kata Pigai.

Adapun program   siswa yang dimasukkan ke barak bertujuan mengedepankan pendekatan pendidikan berbasis kedisiplinan, bukan militerisasi perang. Dikutip dari Jabarprov.go.id, kegiatan dalam program ini meliputi olahraga, kesenian, pengembangan minat dan bakat, serta pembiasaan pola hidup sehat, mulai dari keteraturan makan, minum, hingga menjauhkan peserta dari rokok dan obat-obatan terlarang.

Kriteria Anak yang Dikirim ke Barak Militer

Dedi Mulyadi, menegaskan bahwa program barak militer untuk remaja bermasalah ini bertujuan membentuk karakter disiplin, mandiri, serta mengembalikan jati diri remaja sebagai generasi penerus bangsa.

Adapun kriteria anak yang disertakan dalam pendidikan semi-militer tersebut Dedi mengatakan dimulai dari jenjang sekolah menengah pertama. Secara spesifik, anak-anak yang dikirim ke barak militer ialah yang perilakunya sudah mengarah pada tindakan kriminal dan yang orang tuanya sudah tidak memiliki kesanggupan untuk mendidik.

“Kriterianya itu adalah anak-anak yang sudah mengarah pada tindakan kriminal dan orang tuanya tidak punya kesanggupan untuk mendidik. Artinya bahwa yang diserahkan itu adalah siswa yang oleh orang tuanya di rumahnya sudah tidak mau lagi, tidak mampu lagi untuk mendidik. Jadi kalau orang tuanya tidak menyerahkan, kami tidak akan menerima,” kata Dedi pada Jumat, 2 Mei 2025.

Mantan Bupati Purwakarta itu menyebutkan program kedisiplinan ini telah diikuti oleh pelajar dari berbagai kabupaten dan kota di Jawa Barat, sebagai bagian dari upaya menekan angka kenakalan remaja. Dia menyebutkan, melalui program ini, para pelajar akan mendapatkan sejumlah materi tambahan dari berbagai unsur sebagai bagian dari pembinaan menyeluruh dalam membentuk karakter yang kuat dan positif.

Sapto Yunus, Sri Dwi Aprilia berkontribusi dalam tulisan ini.

Pilihan editor: Ketahui Entitas Barak Militer, Apa Potensinya Bisa Membentuk Karakter Anak?

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |