Okupansi Hotel Yogyakarta selama Libur Waisak Tak Optimal

5 hours ago 7

TEMPO.CO, Yogyakarta - Tingkat keterisian kamar atau okupansi hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama libur panjang dan cuti bersama memperingati Hari Raya Waisak selama 9-13 Mei 2025 dinilai masih belum optimal. Hal tersebut diperkirakan akibat penurunan jumlah wisatawan ke Yogyakarta di periode tersebut.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo, mengatakan bahwa tahun ini angka okupansi lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 90 persen. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Dalam periode libur Waisak kali ini rata-rata okupansi sebesar 75 persen," kata Deddy Pranowo, Selasa, 13 Mei 2025.

Deddy menuturkan, dari data sementara hotel anggota PHRI yang tersebar di lima kabupaten/kota DIY, tingkat okupansi yang bisa mencapai 90 persen lebih hanya pada hotel-hotel di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Sedangkan di Kabupaten Bantul, Gunungkidul, dan Kulon Progo di bawah angka rata-rata itu.

Melihat data tingkat okupansi masa libur Waisak tahun sebelumnya, Deddy mengatakan rata-rata angkanya di atas 90 persen di semua wilayah.

Penurunan Jumlah Wisatawan 

Deddy menduga, rendahnya okupansi pada masa libur panjang tahun ini juga berkolerasi dengan jumlah kunjungan wisatawan yang juga turun. Melihat dari tingkat keterisian kamar itu, ia memperkirakan penurunan kunjungan wisata ke Yogyakarta liburan kali ini sekitar 10–20 persen.

"Mungkin penurunan kunjungan wisata itu juga karena pengaruh kebijakan efisiensi anggaran yang dampaknya menurunkan daya beli masyarakat," kata dia.

Meski okupansi tak optimal dibanding tahun lalu, Deddy menuturkan pihaknya bersyukur karena banyak wisatawan tetap memilih berlibur ke Yogyakarta meski kondisi perekonomian masih lesu belakangan ini.

"Bisa dibilang masa liburan Waisak ini seperti oksigen bagi pelaku industri perhotelan, walaupun masih belum bisa menutup minus (kerugian) dari rendahnya okupansi dan MICE perhotelan sepanjang Januari sampai Maret kemarin," kata dia.

Karyawan Hotel Dirumahkan

Selama periode lesunya aktivitas Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) akibat efisiensi anggaran selama tiga bulan terakhir itu, PHRI DIY mencatat ada sekitar 5 ribuan karyawan hotel dan restoran di DIY yang terpaksa dirumahkan dan juga dipangkas jam kerjanya. PHRI DIY sendiri beranggotakan 458 hotel dan restoran.

Kebijakan merumahkan dan memotong jam kerja karyawan itu dinilai sebagai opsi terbaik untuk menghindari pemutusan hubungan kerja atau PHK.

"Jadi dari Januari 2025 sampai saat ini (Mei) karyawan karyawan itu dirumahkan, dalam arti tetap digaji namun tidak penuh,” katanya.

Kebijakan itu diterapkan tak hanya di hotel berbintang namun juga nonbintang, termasuk restoran atau rumah makan.

"Jadi saat ini pelaku industri perhotelan berharap dari pemerintah bisa segera menyusun rencana dan membelanjakan anggaran yang sudah  kembali dibuka," kata dia.

Pemerintah melalui Kementerian Keuangan pada Mei ini mengumumkan telah membuka blokir anggaran senilai Rp 86,6 triliun agar kementerian dan lembaga dapat kembali melakukan belanja. Dengan demikian, hotel dan restoran bisa kembali memanggil dan mempekerjakan karyawan yang dirumahkan sementara. 

"Mayoritas karyawan yang dirumahkan itu memang selama ini yang bekerja di bagian MICE hotel, sementara selama kemarin (Januari-Maret) MICE tak sampai 10 persen," kata dia.

Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menuturkan belum mengetahui persis jumlah kunjungan wisatawan selama periode libur dan cuti bersama Waisak tahun ini.

Namun, kata Hasto, dari situasi kepadatan lalu lintasnya di perkotaan, masa libur panjang Waisak sudah menyerupai saat momentun libur Idul Fitri lalu. Walaupun saat libur Lebaran lalu diprediksi kunjungan mencapai 10 juta namun realisasinya hanya separuh. "Dari sisi kepadatan lalu lintas libur Waisak ini hampir menyerupai kepadatan saat libur Lebaran kemarin," kata dia.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |