Sabar (ilustrasi).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apakah sabar sama dengan mengalah? menahan diri dari sesuatu, individu, atau bahkan kelompok, yang 'menyerang kita' apakah berarti merelakan mereka untuk menggapai apa yang mereka impikan?
Sabar tidak sama dengan mengalah. Meski keduanya sering kali dikaitkan, sabar dan mengalah memiliki makna dan konteks yang berbeda. Sabar lebih fokus pada ketahanan diri, sementara mengalah adalah tindakan melepaskan sesuatu dalam situasi tertentu.
Sabar adalah kemampuan untuk menahan diri dalam menghadapi cobaan, kesulitan, atau tantangan tanpa mengeluh atau mudah putus asa. Salah satu contoh terbaik dari kesabaran dalam artian menahan diri adalah kisah Nabi Ayyub (Ayub), yang dicatat dalam Alquran seperti dalam Surah Al-Anbiya' ayat 83-84 dan Surah Shad ayat 41-44) dan sering dibahas oleh para ulama, seperti Imam Nawawi dalam Uqudullujain.
Menahan diri tidak berarti diam saja dan tanpa usaha. Seseorang yang sabar tetap berikhtiar dan berusaha mencari jalan keluar, sambil menerima kenyataan yang ada dengan ikhlas. Nabi Muhammad adalah contoh sabar dalam arti tidak pasif. Saat dakwahnya ditolak di Makkah, dia tetap menyebarluaskan ajaran Islam ke daerah lain, seperti Madinah dan lainnya. Hingga kemudian hijrah dan kembali ke Makkah dalam agenda pembebasan yang menjadi titik kemajuan dakwah Islam.
Orang yang sabar memiliki jiwa yang kokoh dan mampu mengendalikan emosi dengan baik. Dikisahkan dalam sebuah hadis bahwa ada seorang laki-laki yang terus menerus mencela Abu Bakar. Abu Bakar hanya diam dan mendengarkan, sementara Nabi Muhammad berada di sisinya dan tersenyum. Ketika Abu Bakar mulai merasa tidak tahan dan membalas beberapa cacian tersebut, Rasulullah ﷺ langsung berdiri dan pergi.
Abu Bakar yang terheran-heran mengejar beliau dan bertanya mengapa beliau pergi. Rasulullah menjawab, "Selama kamu diam, malaikat menimpakan balasan atas celaan yang kamu terima. Tetapi ketika kamu mulai membalas, setan masuk di antara kalian berdua, dan aku tidak ingin duduk bersama setan." Kisah ini diabadikan dalam hadits riwayat Muslim dan tertulis di sejumlah kitab ulama klasik, seperti Fathul Bari.