Tiga Tahun Perang dengan Ukraina, Bagaimana Kondisi Persenjataan Rusia?

2 months ago 55

TEMPO.CO, Jakarta - Setelah perang memasuki tahun keempat, pasukan Rusia sudah tidak segagah seperti awal invasi. Tahun lalu, Rusia mulai menggunakan sepeda motor, motor trail, skuter Listrik dan mobil sipil untuk serangan frontal terhadap posisi  Ukraina. Kini, mereka menggunakan keledai sebagai moda transportasi terbaru di garis depan Ukraina timur, menurut tentara Moskow dan blogger pro-perang, seperti dikutip Al Jazeera.

Penggunaan hewan berkaki empat untuk mengirimkan amunisi dan pasokan adalah hal yang "lumrah", demikian menurut pensiunan Letnan Jenderal Rusia Viktor Sobolev. "Lebih baik seekor keledai dibunuh daripada dua orang yang mengantarkan kargo dengan kendaraan mereka," katanya kepada situs web Gazeta.ru pada 6 Februari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para pengamat mengatakan bahwa penurunan peringkat ini mencerminkan tren yang berkembang yang secara signifikan menghambat kemajuan Rusia yang sudah lambat di medan utama perang – wilayah Donbas tenggara.

Bagaimana posisi Rusia dalam perang saat ini?

Untuk saat ini setidaknya, Rusia berada dalam posisi yang lebih kuat daripada Ukraina di medan perang meskipun Kyiv secara serius mengurangi ruang gerak Armada Laut Hitam Rusia yang dulunya sangat tangguh, demikian ungkap para ahli di Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) yang berbasis di London, seperti dilaporkan oleh Reuters.

"(Dengan) gesekan yang menjadi faktor penting di darat, Rusia memiliki inisiatif dan Ukraina bertempur dalam pertempuran darat yang defensif," kata analis perang darat senior IISS, Ben Barry.

"Tanpa gencatan senjata, kemungkinan besar kontur perang selama beberapa bulan ke depan akan tetap sama. Pertempuran yang lebih berdarah di darat dengan korban yang sangat banyak di kedua belah pihak. Jika Rusia ingin memperpanjang perang, saya menilai Rusia memiliki sumber daya manusia, peralatan, dan logistik yang potensial untuk terus melakukannya selama sisa tahun ini."

Trump telah mengatakan bahwa ia ingin mengakhiri perang secepat mungkin, meskipun masih belum jelas bagaimana ia berniat melakukannya. Ukraina mengatakan bahwa mereka membutuhkan bantuan Eropa dan AS untuk memastikan keamanannya. Rusia mengatakan bahwa mereka menginginkan kontrol penuh atas empat wilayah Ukraina yang diklaimnya sebagai miliknya, sesuatu yang ditolak oleh Kyiv, dan agar Ukraina tetap berada di luar NATO.

Ke mana kendaraan-kendaraan lapis baja Rusia yang canggih?

Analis militer mengatakan kepada Al Jazeera bahwa tentara Ukraina telah menghancurkan sebagian besar tank dan kendaraan lapis baja Rusia.

Kekurangan ini semakin sulit untuk diisi kembali, bahkan ketika Moskow menggali stok besar dari era Soviet untuk memperbaiki kendaraan yang dinonaktifkan dan tidak berfungsi. "Jumlah kenderaan yang tidak dapat digunkan lagi menurun dengan kecepatan yang mengerikan,” kata Nikolay Mitrokhin, seorang peneliti dari Universitas Bremen, Jerman, kepada Al Jazeera.

Rusia kesulitan menghasilkan produk-produk baru dan memperbaiki yang rusak atau yang udang.

Sementara itu, ada masalah "sangat besar" dalam mengirimkan pasokan ke garis depan karena drone Ukraina yang ada di mana-mana menghancurkan kendaraan kargo lapis baja dan mobil sipil, katanya.

Untuk mencegah drone kecil yang sarat bahan peledak menyelinap ke dalam palka tank atau menabrak lapis baja, prajurit Rusia menutupinya dengan batang logam, jaring, dan penutup karet, menciptakan apa yang secara jenaka disebut "barbekyu kerajaan" oleh Ukraina.

Bagaimana Rusia mengakali kekurangan kendaraan-kendaraan perangnya?

Rusia tidak dapat memproduksi lebih dari 60 tank per tahun, demikian menurut Pavel Luzin, analis pertahanan dari Center for European Policy Analysis, sebuah wadah pemikir di Washington, DC. "Kita tidak berbicara tentang ratusan," katanya kepada Al Jazeera.

Masalah terbesar adalah pembuatan turet dan senjata, sementara komponen elektronik yang rumit, seperti pencitraan termal inframerah dan sistem penargetan yang dulunya dibuat dari komponen Eropa diganti dengan komponen Cina yang kurang dapat diandalkan, katanya.

Namun, seorang pensiunan jenderal Ukraina berpendapat bahwa Moskow memiliki waktu "hingga dua tahun" hingga benar-benar kehabisan kendaraan lapis baja.

Pabrik-pabrik pertahanan Rusia bekerja secara bergiliran, mereparasi tank-tank tua dan yang sudah tidak berfungsi untuk dijadikan tank yang berfungsi, kata Letnan Jenderal Ihor Romanenko, mantan wakil kepala staf umum angkatan bersenjata Ukraina.

"Bisa sampai dua tahun, mengingat kerugian yang mereka alami saat ini," katanya kepada Al Jazeera. "Maklum, pangsa kendaraan lapis baja modern, tank, dan persenjataan lapis baja lainnya akan menurun."

Berapa jumlah tank dan kendaraan lapis baja yang dimiliki Rusia saat ini?

Jumlah tank dan kendaraan lapis baja yang dimiliki Rusia kurang dari 7.000 - berkurang 20 kali lipat dibandingkan dengan 140.000 yang dimiliki Uni Soviet pada 1990, demikian menurut The Insider, media independen yang berfokus pada Rusia.

Kekurangan tersebut mungkin telah mengakibatkan perlambatan yang nyata dalam pendudukan Rusia di Donbas.

Pada awal Februari, jumlah serangan Rusia di sepanjang garis depan turun sepertiganya, dan jumlah wilayah yang diduduki turun empat kali lipat sejak Januari menjadi hanya 21 kilometer persegi (delapan mil persegi), demikian menurut Oko Gora, saluran Telegram analitik Ukraina.

Dan untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir, pasukan Ukraina berhasil melakukan serangan balik dan merebut kembali wilayah kecil di sekitar kota strategis di tenggara, Pokrovsk.

Meski kekurangan artileri, Rusia telah meningkatkan produksi peluru hingga tiga kali lipat menjadi sekitar 3 juta peluru per tahun, sementara Korea Utara dilaporkan memasok jutaan peluru lagi.

Pyongyang dan Teheran diketahui telah menyediakan ratusan rudal, menambah ratusan rudal buatan Rusia yang menghujani kota-kota Ukraina.

Namun demikian, keefektifannya dipertanyakan, menurut beberapa pengamat.

Enam rudal Iskander, dengan total biaya sekitar 18 juta dolar AS, diluncurkan ke Kyiv pada Selasa, 11 Februari 2025, menewaskan satu orang dan melukai empat lainnya.

'Unta-unta' Kamikaze

Selain keledai, Rusia juga dituduh menggunakan apa yang disebut sebagai "unta" manusia - prajurit yang diperintahkan untuk berlari menuju posisi Ukraina dengan membawa banyak amunisi untuk tim penyerang yang akan datang.

Peluang bertahan hidup para prajurit dan pasukan penyerbu ini sangat kecil. Wartawan perang pro-Kremlin mengecam kematian atau demobilisasi prajurit berpengalaman saat para prajurit baru mencapai garis depan setelah pelatihan singkat.

"Pemenuhan tugas prajurit yang dikabarkan oleh media massa hampir selalu dikaitkan dengan kematian prajurit dalam pertempuran," analis pro-Kremlin Viktor Murakhovsky menulis di Telegram pada 16 Januari. "Mau tak mau, sebuah asosiasi tercipta - untuk menjadi pahlawan, seseorang harus mati secara heroik."

Kremlin mengklaim bahwa merekrut tentara bukanlah sebuah tantangan. Sekitar 600.000 tentara bertempur di Ukraina.

Namun, "harga" untuk setiap perekrutan telah meningkat lebih dari 10 kali lipat sejak 2022.

Saat ini, biaya pendaftaran mendekati US$30.000, gaji bulanan mulai dari $2.000, sementara kompensasi untuk anggota tubuh yang hilang atau luka parah sekitar $40.000.

Tanpa mengumumkan babak baru mobilisasi, Kremlin dituduh memaksa para pekerja migran untuk menjadi "sukarelawan". Mengutip puluhan tentara, majalah Verstka, sebuah publikasi berita online independen yang didirikan oleh para jurnalis Rusia, melaporkan bahwa tentara yang akan didemobilisasi dipaksa untuk memperpanjang masa bakti mereka.

"Mereka mengatakan, 'Jika Anda tidak menandatangani kontrak hari ini, kami akan mengirim Anda untuk menyerbu'," kata salah satu tentara Ukraina yang dikutip.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |