Warga Tepus Gunungkidul Dibuat Gemas, Monyet Ekor Panjang Mulai Berani Obrak-abrik Genteng Rumah

1 month ago 32
Ilustrasi monyet ekor panjang | pixabay

GUNUNGKIDUL, JOGLOSEMARNEWS.COM – Warga di Padukuhan Purwodadi, Kapanewon Tepus, Gunungkidul, kini menghadapi ancaman baru. Bukan hanya tanaman di ladang yang diserbu, kawanan monyet ekor panjang juga mulai merusak rumah-rumah penduduk dengan mencopot genteng hingga merusak atap bangunan.

Ulu-Ulu Kalurahan Purwodadi, Suroyo, menyampaikan bahwa serangan hewan liar tersebut semakin meningkat sejak musim kemarau berlangsung. Jumlah monyet yang turun dari perbukitan terus bertambah, sehingga kerusakan yang ditimbulkan pun semakin meluas.

“Kalau dulu hanya tanaman yang diserang, sekarang mereka sudah masuk permukiman. Genteng rumah warga banyak yang dicopot sampai rusak parah,” ujarnya, Senin (18/8/2025).

Selain merusak atap rumah, monyet-monyet itu juga kerap mengambil makanan yang ada di sekitar perkampungan. Tidak hanya buah-buahan, mereka juga mencuri telur ayam milik warga.

“Bahkan ada yang masuk ke dalam rumah lalu mengambil telur ayam. Ini jelas membuat warga makin khawatir,” tambahnya.

Upaya Warga Belum Membawa Hasil

Berbagai cara sudah ditempuh warga untuk menghalau kawanan monyet, mulai dari menyalakan petasan, hingga menaruh umpan singkong dalam jumlah besar agar monyet tidak menyerang ladang. Namun, upaya itu belum efektif.

“Hampir setiap hari disediakan singkong sampai 85 kilogram. Tapi tetap saja mereka turun menyerang, baik ke kebun maupun ke rumah warga,” jelas Suroyo.

Carik Kalurahan Sidoharjo, Tepus, Heru Eko Susilo, turut mengungkapkan keresahan serupa. Menurutnya, kerusakan genteng rumah akibat ulah monyet membuat beban warga semakin berat.

“Selain gagal panen karena tanaman dirusak, kini mereka harus memperbaiki rumah yang atapnya rusak. Kondisi ini jelas sangat memberatkan,” ungkapnya.

Pemerintah Diminta Bertindak

Meningkatnya serangan monyet ekor panjang ini membuat warga berharap adanya langkah nyata dari pemerintah daerah. Mereka meminta agar ada upaya terpadu untuk menekan konflik antara manusia dan satwa liar tersebut.

Sebelumnya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DIY, Harry Sukmono, menjelaskan bahwa pihaknya telah menggandeng Fakultas Kehutanan UGM untuk melakukan kajian terkait karakteristik monyet ekor panjang.

“Upaya pengembalian monyet ke habitat aslinya sudah dilakukan, termasuk menanam pohon pakan seperti aren dan beringin. Namun populasi yang terus bertambah membuat hasilnya belum maksimal,” terangnya.

Harry menambahkan, konflik antara warga dengan monyet ekor panjang telah berlangsung lebih dari satu dekade. Menurutnya, gangguan ini dipicu oleh perubahan ekosistem akibat aktivitas manusia.

“Kami berkomitmen untuk terus mencari langkah mitigasi terbaik. Tapi tentu dibutuhkan kerja sama semua pihak agar penanganan bisa lebih terukur,” pungkasnya. [*]  Berbagai sumber

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |