40 Alumni Ponpes Al Khoziny Turun Tangan dalam Pembersihan Reruntuhan Mushola

2 hours ago 3

Tim SAR gabungan mencari korban bangunan mushala yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (30/9/2025). Berdasarkan data Badan SAR Nasional terdapat 100 orang santri menjadi korban dalam peristiwa itu, 99 orang berhasil diselamatkan dimana delapan orang dievakuasi tim SAR gabungan dan 91 orang melakukan evakuasi mandiri setelah kejadian, sementara satu orang dilaporkan meninggal dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Sebanyak 40 orang alumni Pondok Pesantren Al Khoziny turun tangan membantu proses pembersihan puing-puing reruntuhan musholla di Pondok Pesantren Al Khoziny yang ambruk pada Senin (29/9/2025). Diketahui proses evakuasi korban terdampak itu telah memasuki hari keenam pada hari ini dengan menggunakan bantuan alat berat. Keterlibatan mereka dilakukan atas izin dari Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) dan dimulai sejak Jumat malam.

Kepala Sub Direktorat Pengerahan dan Pengendalian Operasi Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia Basarnas, Emi Freezer, membenarkan hal tersebut. Menurutnya, kehadiran tim alumni tersebut sangat membantu kelancaran proses pembersihan.

"Sejak Jumat sore tepatnya pukul 18.00 WIB kemarin, tim alumni Pondok Pesantren sudah mulai membantu kami membersihkan puing-puing yang ada," katanya saat dikonformasi, Sabtu (4/10/2025).

Keterlibatan para alumni dibagi menjadi dua shift dengan masing-masing beranggotakan 20 orang. Freezer menegaskan para alumni hanya berperan dalam proses pembersihan, bukan dalam evakuasi korban.

Mereka bertugas untuk memotong dan mengangkut sisa-sisa bangunan. Untuk keperluan tersebut, alat pemotong besi sudah dipersiapkan langsung oleh tim alumni.

"Tugas evakuasi hanya dilakukan oleh tim rescue dengan menggunakan baju hazmat level satu," ungkapnya.

Namun, terkait keterlibatan wali santri yang sebelumnya juga sempat meminta ingin masuk ke lokasi dan membantu, Freezer menyampaikan Basarnas belum mengizinkan mereka terlibat dalam proses pembersihan maupun evakuasi. "Kami memang tidak mengizinkan wali santri untuk membantu," ujarnya.

Meski begitu, pihaknya tetap memberikan ruang bagi wali santri untuk menyaksikan proses evakuasi dari dekat. Namun, ini dilakukan secara bergilir dengan ketentuan maksimal tiga orang dalam satu kelompok, tanpa batasan waktu kunjungan.

"Kami mengizinkan wali santri untuk melihat langsung proses evakuasi di TKP," ucap Freezer.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |