Bukan Kolesterol! Kenali Kebas Akibat Saraf Terjepit

2 hours ago 6

REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Fisioterapi dari Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Atma Husada Mahakam Kalimantan Timur, Novita Tri Wardani, mengingatkan masyarakat mengenai bahaya dari aktivitas harian yang melibatkan gerakan pergelangan tangan berulang. Gerakan repetitif ini merupakan pemicu utama kondisi saraf terjepit yang dikenal sebagai Sindrom Lorong Karpal (CTS).

Menurut Novita, kasus CTS belakangan ini menunjukkan peningkatan, dan menariknya, kondisi ini biasanya diderita oleh ibu-ibu rumah tangga, terutama akibat aktivitas seperti memeras pakaian. "Kasus pasien dari saraf tangan terjepit meningkat beberapa bulan ini dan biasanya diderita ibu-ibu rumah tangga, terutama pada aktivitas memeras pakaian," kata Novita di Samarinda, Sabtu (5/10/2025).

Dia menjelaskan sindrom lorong karpal (CTS) secara sederhana adalah kondisi terjepitnya saraf medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan. "Jadi di pergelangan tangan kita itu ada yang namanya terowongan karpal, terowongan yang dilalui beberapa saraf," ujarnya.

Pada kasus CTS, saraf yang terganggu secara spesifik adalah saraf medianus. Saraf inilah yang bertanggung jawab untuk memberikan sensasi dan mengontrol gerakan pada sebagian besar jari tangan.

Akibat penjepitan tersebut, penderita mengalami gejala khas seperti kebas, kesemutan, nyeri, bahkan hingga mati rasa. Area yang terdampak secara spesifik meliputi jari jempol, telunjuk, jari tengah, hingga setengah dari jari manis.

Ia menerangkan bahwa saraf berfungsi untuk mempersarafi otot, sehingga jika perjalanannya terhambat, maka otot mengalami kelemahan. Menurut Novita, banyak pasien sering keliru menganggap gejala ini sebagai tanda dari penyakit lain, misalnya kolesterol tinggi.

"Banyak yang mengeluhkan 'Duh, kenapa ya tangan kok kebas?', dan pasti identik sepertinya kolesterolku tinggi," ujarnya.

Padahal, gejala akibat kolesterol tinggi atau diabetes biasanya disertai keluhan serupa di bagian tubuh lain, seperti kaki. Sementara itu, CTS memiliki gejala yang sangat terlokalisasi, yakni hanya terasa dari pergelangan tangan hingga jari-jari yang terdampak.

Keterlambatan dalam mendapatkan penanganan yang tepat dapat berakibat serius bagi fungsi tangan penderitanya. Salah satu dampak buruk dari kondisi yang dibiarkan adalah terjadinya kelemahan hingga penyusutan massa otot tangan.

"Kondisi tersebut menandakan tingkat keparahan yang lebih lanjut dan membuat proses pemulihannya menjadi jauh lebih sulit," ucap Novita. Oleh karena itu, tambah dia, sangat penting bagi masyarakat untuk mengenali gejala dini CTS dan tidak meremehkannya agar dapat segera mencari pertolongan medis untuk mencegah kerusakan saraf permanen.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |