Kapan Seharusnya Wanita ke Dokter Kandungan?

3 hours ago 8

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengunjungi dokter spesialis obstetri dan ginekologi (obgin) sering kali menjadi "pilihan terakhir", dilakukan hanya saat mendapati diri hamil atau ketika nyeri haid sudah tak tertahankan. Paradigma ini dinilai perlu diubah.

Menurut dokter yang saat ini sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis di bidang Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr Arya Ady Nugroho, pemeriksaan ke obgin seharusnya menjadi bagian integral dari perawatan kesehatan rutin, bukan sekadar penanganan darurat. "Menurut panduan ilmu kedokteran, kunjungan rutin dapat mencegah masalah serius sejak dini," ujarnya kepada Republika.co.id pada pekan lalu.

Masih melekat kuat di masyarakat anggapan bahwa dokter kandungan hanya berurusan dengan ibu hamil. Padahal, kata dia, peran obgin jauh lebih luas, meliputi seluruh rentang usia reproduksi wanita. Mulai dari remaja yang baru mengalami masalah siklus haid, perempuan yang sedang merencanakan kehamilan, hingga wanita yang memasuki masa menopause, semuanya memiliki kebutuhan kesehatan reproduksi yang unik dan harus dipenuhi.

Organisasi kesehatan global dan regional telah menyuarakan pentingnya kesadaran ini. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) misalnya, secara spesifik merekomendasikan pemeriksaan ginekologi tahunan, bahkan pada perempuan yang tidak memiliki keluhan sama sekali. Pemeriksaan rutin ini umumnya mencakup evaluasi organ reproduksi, pelaksanaan pap smear untuk deteksi dini kanker serviks, serta konseling mengenai kontrasepsi yang sesuai.

Senada dengan itu, Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (RCOG) turut menegaskan, banyak masalah reproduksi baru terasa saat sudah parah. Dengan check-up rutin, masalah bisa ditemukan lebih awal, ketika peluang sembuh lebih besar.

Dia mengatakan salah satu cermin paling penting dari kesehatan reproduksi adalah siklus haid. "Jika datang bulan terlalu jarang, terlalu sering, sangat banyak, atau disertai nyeri hebat, jangan dibiarkan," ujarnya.

European Society of Human Reproduction and Embryology (ESHRE) menjelaskan nyeri menstruasi parah bisa menjadi tanda endometriosis, kondisi yang mengganggu kesuburan bila tidak ditangani. Selain itu, pola haid yang tidak teratur bisa menjadi indikasi adanya sindrom ovarium polikistik (PCOS), sebuah gangguan hormonal yang secara signifikan meningkatkan risiko infertilitas, diabetes, bahkan penyakit jantung di kemudian hari. Deteksi dan penanganan kondisi-kondisi tersebut sejak dini akan berkontribusi besar pada kualitas hidup perempuan.

Menurut dr Arya, selain check-up rutin, ada beberapa tanda-tanda alarm yang harus segera memicu kunjungan ke dokter kandungan tanpa penundaan. Gejala-gejala ini meliputi perdarahan di luar siklus haid (termasuk setelah berhubungan intim atau setelah menopause), keputihan yang berbau tidak sedap, berubah warna, atau bercampur darah, nyeri panggul kronis, perasaan tertekan di perut bagian bawah, atau penemuan benjolan pada payudara maupun organ genital. "Gejala tersebut bisa terkait infeksi, tumor, atau kanker. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) serta tes penunjang membantu dokter menegakkan diagnosis dan menentukan terapi yang tepat," kata dia.

Perawatan obgin juga berperan penting dalam fase perencanaan hidup, terutama saat merencanakan kehamilan. Kehamilan yang sehat idealnya dimulai jauh sebelum hasil test pack menunjukkan positif. Baik ACOG maupun RCOG merekomendasikan preconception visit (kunjungan prakonsepsi) untuk mengecek kondisi kesehatan menyeluruh calon ibu, status vaksinasi, dan pemberian suplemen penting seperti asam folat. Dengan persiapan yang matang ini, risiko komplikasi kehamilan, seperti preeklampsia atau kelahiran prematur, dinilai dapat ditekan secara optimal.

Sebaliknya, kata dr Arya, jika pasangan sudah mencoba hamil selama lebih dari 12 bulan tanpa hasil atau enam bulan jika usia istri di atas 35 tahun, ini adalah saat yang tepat untuk melakukan evaluasi kesuburan secara mendalam. "Dokter kandungan dapat memeriksa hormon, kondisi rahim, hingga kualitas sperma pasangan," ujarnya.

Selama kehamilan, kontrol rutin ke dokter kandungan adalah suatu kewajiban yang tidak bisa ditawar. WHO dan ACOG menyarankan minimal delapan kali kunjungan antenatal selama kehamilan. Frekuensi kunjungan ini dinilai sangat penting untuk memantau perkembangan dan pertumbuhan janin, mendeteksi potensi komplikasi (seperti tekanan darah tinggi atau diabetes gestasional) yang sering kali tidak bergejala di awal, dan memberikan edukasi esensial terkait proses persalinan dan menyusui.

Demikian pula setelah melahirkan dan memasuki masa menopause, kunjungan ke obgin tetap krusial. Pemeriksaan pascapersalinan (postnatal check) dalam enam minggu pertama diperlukan untuk memastikan pemulihan rahim, kesehatan mental ibu, dan diskusi mengenai kontrasepsi. Sementara bagi wanita menopause, konsultasi membantu mengelola gejala seperti hot flashes, mencegah risiko osteoporosis, serta meminimalkan risiko penyakit jantung.

Pada akhirnya, pesan kunci dari dr Arya adalah bahwa sehat itu bukan menunggu, tapi mencegah. Pergi ke dokter kandungan bukanlah sebuah pengakuan bahwa Anda sedang sakit, melainkan sebuah tindakan proaktif dan investasi cerdas dalam kesehatan jangka panjang. "Jangan menunggu gejala semakin parah. Dengan deteksi dini, banyak penyakit bisa dicegah atau disembuhkan lebih cepat," ujarnya.

Mulailah menunjukkan kepedulian pada tubuh Anda sendiri; buatlah janji temu dengan dokter kandungan, bahkan saat Anda merasa benar-benar sehat. Mengingat bahwa menjaga kesehatan reproduksi adalah langkah penting dalam menjaga kualitas hidup Anda, baik hari ini maupun pada masa depan.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |