REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kegiatan bolak-balik di tempat tidur pada malam hari ternyata tidak hanya membuat Anda lesu keesokan paginya. Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa kebiasaan tidur yang buruk secara fisik dapat menua otak Anda, membuatnya tampak rata-rata sekitar satu tahun lebih tua dari usia seharusnya.
Para peneliti menganalisis hasil pemindaian otak dan pola tidur dari lebih dari 27 ribu orang dewasa paruh baya dan lanjut usia di Inggris. Temuan utama mereka menunjukkan bahwa orang dengan kebiasaan tidur yang buruk memiliki otak yang terlihat lebih tua dari usia kronologis mereka yang sebenarnya. Mereka yang memiliki pola tidur terburuk memiliki otak yang tampak sekitar satu tahun lebih tua dari usia kronologis mereka. Sementara itu, orang dengan tidur yang cukup buruk menunjukkan otak yang rata-rata sekitar tujuh bulan lebih tua.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal eBioMedicine ini menggunakan pencitraan otak canggih dan machine learning untuk memperkirakan “usia otak” berdasarkan 1.079 fitur otak yang berbeda. Ketika usia otak seseorang melebihi usia sebenarnya, ini dianggap sebagai tanda peringatan dini bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan kesehatan otak. “Memiliki usia otak yang lebih tua adalah indikator awal penyimpangan dari kesehatan otak yang optimal,” kata para peneliti dilansir laman Study Finds pada Kamis (2/10/2025). Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan sebelumnya bahwa tidur yang buruk dapat menjadi faktor risiko untuk demensia dan penurunan kognitif.
Lima kebiasaan tidur yang melindungi otak
Tim peneliti tidak hanya melihat satu aspek tidur. Sebaliknya, mereka menciptakan skor kesehatan tidur berdasarkan lima faktor kunci:
-Menjadi orang pagi (early bird) daripada orang malam (night owl).
-Mendapatkan tujuh hingga delapan jam tidur per hari.
-Jarang mengalami insomnia.
-Tidak mendengkur.
-Tidak merasa terlalu mengantuk di siang hari.
Hanya 41 persen peserta yang memiliki apa yang diklasifikasikan peneliti sebagai tidur sehat, yaitu mencetak empat atau lima poin dari lima kemungkinan. Lebih dari setengahnya termasuk dalam kategori menengah (dua atau tiga karakteristik tidur sehat), sementara sekitar 3 persen memiliki tidur yang buruk (satu atau nol kebiasaan sehat).
Untuk setiap penurunan satu poin dalam skor tidur sehat, kesenjangan antara usia otak dan usia sebenarnya bertambah sekitar setengah tahun. Kronotipe yang terlambat (night owl), durasi tidur yang tidak normal, dan mendengkur menunjukkan hubungan individu terkuat dengan otak yang tampak lebih tua.
Koneksi antara tidur buruk dan penuaan otak tidak sama untuk semua orang. Laki-laki menunjukkan hubungan yang jauh lebih kuat daripada perempuan. Di antara laki-laki, setiap penurunan satu poin dalam kesehatan tidur dikaitkan dengan otak yang tampak sekitar dua setengah bulan lebih tua. Untuk wanita, asosiasinya lebih lemah dan tidak signifikan secara statistik.
Salah satu aspek yang paling menarik melibatkan peradangan kronis (chronic inflammation). Peradangan diukur menggunakan empat penanda darah. Orang dengan skor peradangan yang lebih tinggi menunjukkan peningkatan usia otak yang lebih curam. Lebih penting lagi, peradangan tampak menjelaskan sekitar 10 persen dari hubungan antara tidur buruk dan otak yang tampak lebih tua. Ini menunjukkan bahwa tidur yang buruk dapat memicu peradangan tingkat rendah di seluruh tubuh, yang pada gilirannya dapat mempercepat penuaan otak.
Studi ini mencakup orang dewasa dengan usia rata-rata 55 tahun pada awalnya, dengan pemindaian otak dilakukan sekitar sembilan tahun kemudian. Semua peserta bebas dari demensia, stroke, dan kondisi neurologis utama lainnya, yang berarti perbedaan usia otak muncul sebelum gejala nyata terlihat. Waktu ini penting karena menunjukkan bahwa tidur buruk mungkin berkontribusi pada penuaan otak, alih-alih hanya menjadi konsekuensi darinya. Meskipun beberapa gangguan tidur terjadi karena degenerasi otak dalam penyakit seperti Alzheimer, penelitian ini mengisyaratkan bahwa hubungan tersebut dapat bekerja sebaliknya.
Para peneliti mengatakan ada lima kebiasaan tidur yang melindungi otak Anda, termasuk mendapatkan istirahat tujuh hingga delapan jam per malam. Hampir 60 persen peserta studi memiliki pola tidur yang kurang sehat, menunjukkan bahwa banyak orang berpotensi mendapat manfaat dari kebiasaan tidur yang lebih baik. Lima komponen tidur sehat yang diidentifikasi dalam studi ini menawarkan target spesifik untuk perbaikan, menjadikan kesehatan tidur sebagai faktor yang berpotensi dimodifikasi untuk memengaruhi kesehatan otak jangka panjang, bersanding dengan olahraga, diet, keterlibatan sosial, dan stimulasi mental.