Rio, Bocah 11 Tahun Asal Sukabumi yang Terlantar dan Sempat Ditolak Dinsos Kini Di Pesantren

1 hour ago 4

Home > Khazanah Thursday, 02 Oct 2025, 19:56 WIB

Ironisnya, bocah ini pun malah ditolak oleh Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi dengan alasan berkas kurang.

Rio (11 tahun) bocah terlantar asal Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi yang sempat ditolak dinsos kini berada di pesantren.Rio (11 tahun) bocah terlantar asal Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi yang sempat ditolak dinsos kini berada di pesantren.

SUKABUMI--Di usia 11 tahun, ketika anak-anak lain hidup dalam pelukan keluarga, Rio justru menapaki jalan hidup yang begitu getir. Bocah asal Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi ini pernah tidur di masjid, di lapangan, bahkan di samping kantor kecamatan.

Ia bertahan dengan perut lapar, hingga nekat membongkar kotak amal karena tidak tahan menahan rasa haus dan lapar. Rio ditolak ayah kandungnya, tak diterima pula oleh ibunya.

Ketika akhirnya sempat ditangani warga. Ironisnya, bocah ini pun malah ditolak oleh Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi dengan alasan berkas kurang. Seolah-olah, seorang anak kecil yang seharusnya dilindungi negara justru kembali dibiarkan menanggung nasib sendiri.

Namanya sempat mencuat di pemberitaan. Bahkan kala itu, beredar kabar bahwa Wakil Bupati Sukabumi hendak mengangkatnya sebagai anak. Namun, rencana tersebut hanya sebatas wacana.

Pada akhirnya, Rio kembali sendiri, terlunta-lunta, menanti uluran tangan yang benar-benar nyata. Hingga akhirnya, uluran tangan itu datang.

Bukan dari pejabat, bukan dari dinas, tapi dari seorang kyai muda bernama Ustadz Pitung Muda (Ustadz Nurdin Pranika). Di pesantren sederhana yang beliau dirikan, bernama Pesantren NUMU, Rio kini menemukan rumah barunya.

Sudah empat bulan ia tinggal di sana. Semua serba gratis—makan, pakaian, kitab, dan biaya hidup harian. Tidak ada syarat, tidak ada berkas, hanya kasih sayang dan keikhlasan.

“Rio anak yang rajin dan kreatif. Ia pandai mengaji, suka membuat layangan dan anak panah. Saya percaya, dengan bimbingan yang tepat, ia akan tumbuh menjadi anak yang kuat dan berakhlak mulia,” demikian laporan yang diterima Radar Sukabumi dari pengasuhan pesantren.

Kini, Rio bukan lagi bocah yang tidur kedinginan di lapangan atau lapar di masjid. Ia sudah memiliki rumah yang menerima dirinya apa adanya. Di pesantren, ia menemukan keluarga baru, teman sebaya, dan seorang guru yang ikhlas merawatnya.

Luka yang dahulu menggores batinnya perlahan sembuh, berganti dengan doa-doa yang ia panjatkan di sela-sela tilawah Al-Qur’an. Mungkin, beginilah takdir yang indah.

Tidak dipeluk orang tua kandung, tidak diangkat anak oleh pejabat, tidak dirawat oleh dinas, melainkan justru dipeluk seorang kyai sederhana yang dengan penuh kasih berkata. “Di sini kamu tidak sendiri lagi. Di sini kamu punya keluarga.” lirihnya. WAY

Image

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |