SBY Dianggap Tak Punya Sense of Crisis Saat Beli Pesawat Kepresidenan

7 hours ago 8

TEMPO.CO, Jakarta - Pesawat kepresidenan A-001 dalam kepemimpinan Prabowo tampak mengalami perubahan desain dan warnanya saat hendak digunakan untuk berkunjung ke Brunei Darussalam pada 16 Mei 2025. Pesawat tersebut terparkir di samping pesawat kepresidenan PK-GRD di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta. 

Kepala Kantor Kepresidenan Hasan Nasbi mengatakan bahwa tidak ada yang perlu dihebohkan dalam perubahan warna cat pesawat Kepresidenan A-001. Hasan mengungkapkan bila perubahan warna itu didasarkan pada kebutuhan rutin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kalau kendaraan pesawat, kapal, itu kan pasti ada pemeliharaan rutin. Ya salah satu pemeliharaannya juga ganti desain, ganti warna," kata Hasan saat menghadiri diskusi "Double Check" di Jakarta, Sabtu, 17 Mei 2025.

Pesawat kepresidenan Indonesia telah melalui berbagai transformasi dari awal dicanangkan untuk dibeli hingga saat ini.

Kilas Balik Pembelian Pesawat Kepresidenan

Pembelian pesawat kepresidenan RI pertama kali dicanangkan pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Walaupun pesawat kepresidenan merupakan alat transportasi penting bagi kepala negara saat melakukan kunjungan kerja ke negara sahabat, anggaran pembelian pesawat kepresidenan berjenis Boeing Business Jet 2 Green mendapat banyak kritik pada 2011. Menurut banyak pihak, Presiden SBY dinilai tidak mempunyai sense of crisis dan sense of urgency.

Pesawat Boeing Business Jet 2 (BJB) diproduksi oleh pabrikan Boeing di Seattle, Amerika Serikat pada 2012. Proses pembuatan pesawat tersebut memakan waktu hingga mencapai 4 tahun. Harga pesawat kepresidenan tersebut ditaksir mencapai USD 91,2 juta, yang artinya dengan kurs saat itu nilainya sekitar Rp 820 miliar.

Menurut data yang diperoleh Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran atau FITRA, anggaran pembelian pesawat kepresidenan yang dialokasikan sebesar Rp 92 miliar dalam APBN Perubahan 2011, dan Rp 339,2 miliar dengan APBN 2012. Anggaran tersebut diperoleh dari utang berbentuk promissory notes atau surat sanggup bayar.

FITRA meminta pemerintah untuk mengkaji kembali rencana pembelian pesawat khusus kepresidenan Indonesia. Pasalnya, uang untuk pembelian pesawat ini hanya akan membuat utang luar negeri Indonesia menumpuk. Demikian disampaikan Koordinator Investigasi dan Advokasi Fitra, Uchok Sky Khadafi pada 28 Juli 2011.

Pesawat Kepresidenan Boeing dengan tanda panggil Indonesia One perdana tiba di bandara Base Ops Lanud Halim Perdanakusuma pada 10 April 2014. Penerbangan perdana pesawat Kepresidenan 1 dilaksanakan pada 5 Mei 2014, yakni saat Presiden SBY bertolak ke Denpasar, Bali, untuk hadir dalam konferensi regional Open Government Partnership (OGP) Asia-Pasifik.

Jokowi saat menjadi Gubernur DKI Jakarta pun turut mengkritisi SBY yang berencana membeli pesawat kepresidnen kala itu. Jokowi mengatakan bahwa anggaran yang dikeluarkan untuk pesawat seharusnya bisa digunakan untuk anggaran kebutuhan mendasar negara, seperti pendidikan dan kesehatan yang harus dipenuhi. Kemudian justru Jokowi lah yang meniikmati pesawat itu setelah ia menjadi Presiden RI ke-7.

Perubahan Warna Pesawat Kepresidenan dari Masa ke Masa

Sejak pembelian awal pesawat kepresidenan di masa SBY, transportasi tersebut mengalami berbagai perubahan tampilan. Tampilan pesawat kepresidenan SBY didominasi oleh warna biru dan putih dengan tambahan garis merah yang melingkari badan pesawat, melambangkan warna bendera Indonesia. Pada bagian depan pesawat terdapat lambang Garuda Pancasila sebagai simbol kenegaraan di dekat moncong.

Saat memasuki era kepemimpinan Jokowi, pesawat kepresidenan yang semula biru berubah menjadi putih dengan aksen merah yang mencolok di bagian moncong yang makin menipis hingga bagian ekor. Lambang negara Garuda Pancasila dalam pesawat Jokowi terletak di bagian moncong pesawat. Di sisi pesawat, tulisan “Republik Indonesia” berwarna putih yang terlihat kontras dengan latar merah.

Sementara itu, pesawat kepresidenan Prabowo berwarna putih di seluruh badan dengan aksen garis merah yang memanjang di bagian atas dan bawah jendela. Pada bagian atas, aksen garis dibuat lebih tebal dibandingkan dengan bagian bawah. Selain itu, tulisan “Republik Indonesia” dibuat berwarna hitam dengan jenis huruf yang berbeda dari desain sebelumnya.


Dian Rahma Fika
, Rizki Dewi Ayu, dan Sri Rahmawati berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |