Tim UNS Kembangkan Pembangkit Listrik Biogas dan Mesin Pencacah Pupuk Organik di Sragen

1 week ago 22
Tim UNS Surakarta tengah berpose bersama dengan petani peternak di Desa Purworejo, Kecamatan Gemolong, Sragen dalam rangka pembuatan mesin pembangkit listrik biogas dan mesin pencacah pupuk organik | Foto: Istimewa

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM Tim Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengembangkan pembangkit listrik berbasis biogas dan mesin pencacah pupuk organik di Mitra Mitra Karya Farm milik Budi Harjono Desa Purworejo, Kecamatan Gemolong, Sragen. Inovasi ini memanfaatkan limbah peternakan kambing perah untuk menghasilkan energi terbarukan dan pupuk organik bernilai ekonomi tinggi.

Ketua tim, Ari Prasetyo, didampingi anggota Catur Sugiarto dan Agung Irawan, menyampaikan kegiatan tersebut mendapat dukungan pendanaan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) UNS tahun 2025.

Program Pengabdian kepada Masyarakat dilaksanakan bersama mitra MK Farm di Gemolong, Sragen  dengan membangun instalasi biogas berkapasitas 10 meter kubik. Instalasi tersebut memanfaatkan kotoran kambing yang sebelumnya menumpuk hingga 300 kilogram per hari, menimbulkan bau menyengat, serta menurunkan kualitas susu.

“Permasalahan utama peternak kambing perah tidak hanya pada produksi susu, tetapi juga limbahnya. Melalui biogas kami menghadirkan energi alternatif yang bermanfaat, sementara mesin pencacah membantu mengubah limbah menjadi produk bernilai jual. Harapan kami teknologi ini meningkatkan pendapatan peternak sekaligus menjaga kelestarian lingkungan,” ujar Ari Prasetyo, Sabtu (20/9/2025).

Ketua Tim UNS, Ari Prasetyo (kiri), berpose bersama Budi Harjono, pemilik Mitra Karya Farm, di depan mesin pencacah pupuk organik hasil inovasi mereka | Foto: Istimewa

Hasil uji coba menunjukkan biogas yang dihasilkan mampu menyalakan lampu 500 Watt selama 4–5 jam setiap hari. Teknologi biogas tersebut menghasilkan energi listrik setara 2,5 kWh per hari. Jika dikonversi dengan tarif listrik rumah tangga Rp 1.352 per kWh, peternak dapat menghemat biaya listrik sekitar Rp 101.400 per bulan.

Selain menghasilkan energi, proses biogas juga meninggalkan slurry atau ampas hasil fermentasi yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Untuk meningkatkan nilai tambah produk tersebut, tim UNS merancang mesin pencacah pupuk organik berkapasitas 300 kilogram per hari. Mesin ini mencacah kotoran kambing kering menjadi butiran halus dan seragam sehingga memudahkan proses pengemasan ke dalam karung 30 kilogram.

Dengan kapasitas tersebut, mesin pencacah pupuk organik berpotensi menghasilkan 10 ton pupuk per bulan. Dengan asumsi harga jual Rp 10.000 per sak ukuran 30 kilogram, omzet tambahan yang bisa diperoleh peternak mencapai Rp 3,3 juta per bulan.

Kepala Desa Purworejo Dipo menyambut baik inovasi UNS tersebut. Menurutnya, keberadaan biogas dan mesin pencacah pupuk organik membantu masyarakat mengurangi pencemaran lingkungan, menambah lapangan kerja baru, serta memperkuat citra desa sebagai sentra peternakan kambing perah di Sragen. Dukungan ini sejalan dengan RPJMDes 2020–2025 yang menempatkan sektor peternakan sebagai prioritas pembangunan desa.

Melalui sinergi antara perguruan tinggi, peternak, dan pemerintah desa, program ini diharapkan menjadi model pemberdayaan masyarakat berkelanjutan. UNS menyatakan komitmennya menghadirkan inovasi teknologi tepat guna yang aplikatif, bermanfaat langsung bagi masyarakat, serta mendukung agenda nasional transisi energi bersih dan pembangunan pertanian berkelanjutan. [*]

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |