Maruarar Sirait Cerita soal Sulitnya Cari Investor Program 3 Juta Rumah

6 hours ago 8

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait alias Ara menggatakan mencari investor untuk program 3 juta rumah per tahun bukan perkara mudah. Hingga kini, sudah ada calon investor yang berminat tapi belum ada yang merealisasikan investasinya. Terkait dengan hal ini, Ara mengklaim sudah berbagi tugas dengan Wakil Menteri PKP Fahri Hamzah.

“Saya sampaikan kepada Wamen, fokus dalam (mencari) investasi luar negeri dengan target 1 juta,” kata Ara saat rapat kerja dengan Komisi V DPR RI, Senin, 19 Mei 2025. Sementara itu, ia akan bertugas merealisasikan target 2 juta rumah. “Berat memang tugas Pak Wamen. Kami sudah bagi tugas supaya ada yang jaga di kandang, tapi saya juga berusaha membantu," ucapnya.

Ara berujar, Fahri sudah 9 kali melakukan perjalanan dinas ke luar negeri untuk mencari investor yang mau menanamkan modal. Sementara itu, dirinya baru sekali yaitu ke Qatar saat turut dalam perjalanan dinas Prabowo beberapa waktu lalu. “Memang tidak mudah, tapi kita kan tidak boleh kalah dengan situasi,” ucap Politikus Partai Gerindra itu.

Sebelumnya, Ara juga menyampaikan kesulitannya mendatangkan investasi untuk program 3 juta rumah saat rapat bersama Komisi V pada 30 April 2025. Ekonom Bright Institute Awalil Rizky menyebut persoalan tersebut tidak semata-mata disebabkan kondisi ketidakpastian perekonomian global. Ia berujar, melambatnya kondisi perekonomian dalam negeri turut menjadi faktor penghambat.

“Tampaknya, hal yang paling menentukan keputusan mereka (investor) untuk berinvestasi adalah soal daya beli masyarakat,” kata Awalil kepada Tempo, Senin, 5 Mei 2025.

Secara data, backlog perumahan—kesenjangan antara jumlah rumah yang terbangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan—di Indonesia memang masih tinggi. Namun, Awalil menuturkan, tingginya backlog perumahan bukan hal yang dihitung investor.

Sebab, backlog tidak cukup hanya dilihat dari sisi penawaran atau rumah yang dibangun. Hal yang lebih penting adalah dari sisi permintaan. “Permintaan ini menyangkut daya beli, bukan sekadar kebutuhan. Yang dihitung investor bukan butuhnya, tetapi permintaannya,” ungkap Awalil.

Sementara itu, Awalil menambahkan, saat ini daya beli masyarakat cenderung melemah. Salah satu penyebabnya adalah fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) yang masih terjadi di sejumlah sektor industri.

“Kalau pun mereka berinvestasi nantinya, mereka akan menghitung apakah daya beli itu terbantu kebijakan pemerintah. Misalnya, semacam subsidi atau apapun bentuknya, yang memadai agar harga bisa menjadi lebih terjangkau,” kata Awalil.

Kedua hal itu pun, menurut Awalil, tidak cukup menjadi perhitungan investor asing untuk menanamkan modal dalam program 3 juta rumah per tahun. Ia berujar, investor asing akan memperhitungkan faktor lain, seperti konsistensi kebijakan. “Begitu pula dengan prakiraan nilai tukar rupiah, mengingat mereka akan bawa valas, dan menjual rumah dengan harga rupiah,” ujar dia.

Pilihan Editor:  Maruarar Sirait soal Bantuan Konglomerat dalam Proyek 3 Juta Rumah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |