Foto udara kendaraan melintas di dekat pembangunan akses Jalan Tol Yogyakarta-Bawen Seksi 6, Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Rabu (24/9/2025). Pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) jalan tol akses Yogyakarta-Bawen Seksi 6 sepanjang 5,2 km di ruas Kabupaten Semarang dengan nilai investasi Rp1,67 triliun tersebut telah mencapai 75,7 persen dan ditargetkan rampung pada Desember 2025 guna mendukung konektivitas antar daerah serta pertumbuhan sektor pariwisata dan ekonomi lokal.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani menilai, Indonesia perlu menyerap investasi senilai Rp13.032 triliun dalam lima tahun ke depan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen pada 2029. Target tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan total investasi selama satu dekade terakhir yang mencapai Rp9.117 triliun.
“Kalau dalam 10 tahun terakhir, dari 2014 sampai 2024, investasi yang masuk kurang lebih Rp9.100 triliun (Rp9.117 triliun). Lima tahun ke depan, dari 2025 sampai 2029, ditargetkan mencapai lebih dari Rp13.032 triliun. Itu investasi yang diharapkan masuk agar kita bisa mencapai pertumbuhan 8 persen pada 2029,” kata Rosan dalam Investor Daily Summit 2025 di Jakarta, Rabu (8/10/2025).
Menurutnya, investasi masih menjadi pendorong utama ekspansi ekonomi nasional. Sepanjang 2014–2024, total investasi domestik dan asing terus tumbuh stabil meskipun dihadapkan pada tekanan global.
Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM mencatat, realisasi investasi pada Januari–Juni 2025 telah mencapai Rp942,9 triliun atau 49,5 persen dari target tahun ini sebesar Rp1.905,6 triliun.
Sementara itu, untuk kuartal III 2025, realisasi investasi diperkirakan telah mencapai sekitar Rp1.400 triliun atau 74 persen dari target tahunan.
Lebih lanjut, Rosan menekankan bahwa percepatan penciptaan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat bergantung pada kemampuan Indonesia menarik lebih banyak investor.
“Banyak sekali sebenarnya opportunity yang ada di kita, yang selama ini mungkin hanya menjadi kesempatan tanpa implementasi yang kuat,” ujarnya.
Ia menyebut sektor energi terbarukan sebagai salah satu frontier investment yang sangat menjanjikan, namun belum dimanfaatkan secara optimal. Indonesia telah berkomitmen mencapai target emisi nol bersih pada 2060 atau lebih cepat, sejalan dengan arahan Presiden RI Prabowo Subianto.
Selain sektor energi bersih, Rosan juga menyoroti sejumlah kesepakatan perdagangan seperti Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU–CEPA) dan Indonesia–Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA–CEPA) yang diharapkan dapat memperkuat arus investasi asing ke sektor manufaktur dan infrastruktur digital.
sumber : ANTARA