Jurnalis Tempo Mengalami Pemukulan saat Merekam Polisi di Demo Hari Buruh

10 hours ago 10

TEMPO.CO, Jakarta - Personel kepolisian diduga memukul jurnalis Tempo yang sedang meliput demonstrasi Hari Buruh Internasional di Semarang, Jawa Tengah pada Kamis, 1 Mei 2025. Aksi memperingati hari pekerja sedunia itu berujung ricuh saat polisi membalas massa yang merusak pagar Kantor Gubernur Semarang dengan tembakan gas air mata dan meriam air.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jamal Abdun Nashr, wartawan Tempo yang berada di lokasi, sedang meliput penangkapan massa aksi saat diduga aparat kepolisan dengan pakaian preman berupaya meringkusnya. Kejadian itu berlangsung pada sekitar pukul 17.30 WIB. Saat itu, kata Jamal, sejumlah orang berbadan tegap dengan pakaian sipil tampak membawa pergi beberapa demonstran dari area Kantor Gubernur Semarang tempat aksi berlangsung.

Jamal menilai penangkapan tersebut dilakukan dengan tidak manusiawi karena disertai penyeretan dan aksi represif. "Saya coba merekam, mereka kan kalau direkam enggak mau, nah terus saya ditarik, dibawa, sambil mereka coba merebut handphone saya. Dipiting begitu," kata Jamal melalui sambungan telepon pada Kamis malam.

Jamal baru bisa lepas dari diduga aparat yang memitingnya setelah jurnalis lain meneriaki orang yang membawanya. Saat kejadian yang berlangsung beberapa menit itu, Jamal menggunakan tanda pengenal wartawan. Dia juga menyampaikan kepada orang yang memitingnya bahwa dirinya seorang jurnalis yang sedang meliput.

Setelah kejadian tersebut, Jamal masih sempat menulis laporan soal penangkapan massa aksi oleh polisi. Namun, pada malam hari, dia kembali mengalami kekerasan dari diduga personel kepolisian berpakaian preman.

Aksi kekerasan kedua terhadap Jamal terjadi sekira pukul 21.00 WIB. Saat itu, kata dia, aparat sedang mengepung massa aksi yang berada di Kampus Universitas Diponegoro, Pleburan, Semarang. Gedung itu berlokasi kurang lebih 450 meter dari Kantor Gubernur Jawa Tengah. Aparat diduga mengepung gedung tersebut karena massa aksi menahan salah satu intel kepolisian.

Jamal bersama lima orang wartawan lainnya sedang memantau situasi tersebut dari depan gedung saat diduga aparat menggiring beberapa massa aksi keluar. Menurut Jamal, para demonstran itu mengalami pemukulan saat ditangkap.

Jamal dan rekan-rekannya kemudian berdiri untuk mewartakan penangkapan tersebut. "Kami otomatis berdiri melihat situasi seperti itu," ucap dia.

Para diduga aparat yang menangkap demonstran itu lalu melarang wartawan mendekat. Mereka juga menghalangi jurnalis mengambil gambar dan video. Jamal berujar situasi kemudian memanas. Orang-orang yang diduga aparat berpakaian preman menunjuk salah satu jurnalis dengan nada tinggi karena ogah direkam. 

Jamal lalu mengatakan bahwa mereka adalah wartawan. "Kami kemudian berusaha menetralkan situasi, tapi ternyata saya malah kena beberapa kali pukulan," kata Jamal.

Menurut Jamal, dirinya mendapatkan pukulan setidaknya tiga kali di area kepala. Saat penghantaman terjadi, kata dia, ada seorang petinggi Kepolisian Daerah Jawa Tengah yang berada di sampingnya. "Sedang merangkul saya, tapi saya tetap dipukulin," ucapnya. Jamal berujar sang petinggi polisi tidak berupaya melarang aksi kekerasan itu.

Perwakilan Lembaga Bantuan Hukum Semarang, M Safali, membenarkan adanya kejadian pemukulan terhadap jurnalis saat meliput Hari Buruh di Semarang. Selain kekerasan terhadap wartawan, Safali menyebut sejumlah demonstran juga masih ditahan hingga saat ini. "Total yang ditangkap hingga saat ini ada 24 orang, dari mahasiswa dan lembaga pers mahasiswa," kata Safali melalui pesan singkat, Kamis malam.Sebelum pemukulan terhadap jurnalis Tempo, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Tengah Komisaris Besar Artanto menyebut polisi menangkap sejumlah demonstran Hari Buruh di Semarang lantaran massa melakukan provokasi. "Kami melakukan pengamanan atau penangkapan karena yang bersangkutan telah menjadi provokator," ujar Artanto.


Hingga berita ini ditulis, Tempo masih berupaya meminta konfirmasi kepada Kepolisian Daerah Jawa Tengah atas kejadian kekerasan terhadap wartawan. Artanto belum menanggapi pesan singkat yang menanyakan soal insiden kekerasan tersebut.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |