Ternyata Ini Pemicu Kasus Keracunan MBG di Gunungkidul

4 days ago 25
Ilustrasi keracunan makanan | kreasi AI

GUNUNGKIDUL, JOGLOSEMARNEWS.COM – Misteri di balik kasus keracunan makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sebuah MTs Negeri di Kapanewon Wonosari, Gunungkidul, mulai terungkap. Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul merilis hasil uji laboratorium terhadap sampel makanan dan muntahan siswa yang menjadi korban.

Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono, menjelaskan, analisis dilakukan oleh Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi (BLKK) Yogyakarta. Hasilnya menunjukkan sejumlah bakteri patogen ditemukan baik pada makanan sisa, muntahan siswa, hingga dapur penyedia MBG. “Kami sudah menerima hasil resmi dari BLKK dan memang ada beberapa bakteri yang berpotensi menjadi penyebab keracunan,” kata Ismono, Jumat (26/9/2025).

Menurutnya, pada sampel makanan yang dikonsumsi siswa ditemukan bakteri Klebsiella pneumoniae di berbagai menu seperti nasi, telur saus mentega, brokoli, wortel rebus, dan semangka. Bakteri ini kerap menyebabkan demam, pusing, dan mual karena biasanya masuk lewat bahan pangan yang tidak higienis atau air yang tercemar. Selain itu, uji laboratorium juga mendeteksi keberadaan Staphylococcus aureus pada semangka dan muntahan siswa, bakteri yang lazim memicu muntah, sakit perut, diare, hingga rasa lemah.

Tak hanya itu, sampel muntahan siswa juga menunjukkan adanya kapang/khamir yang diduga tumbuh akibat penyimpanan makanan tidak sesuai standar, sehingga memicu timbulnya jamur. “Ketiganya menunjukkan indikasi kuat bahwa proses pengolahan dan penyimpanan makanan belum sesuai kaidah keamanan pangan,” jelasnya.

Ismono menambahkan, hasil pengujian terhadap makanan dari pihak penyedia MBG, yakni Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), juga memperlihatkan temuan serius. Pada nasi dan tempe krispi, ditemukan Bacillus cereus, bakteri yang berkembang pada makanan yang disimpan terlalu lama atau dimasak kurang sempurna. Pada tempe krispi bahkan ditemukan kembali Staphylococcus aureus. Lebih jauh lagi, pada nasi terdeteksi Escherichia coli (E. coli) patogenik, yang dapat memicu diare, demam, dan kram perut.

Melihat hasil ini, Dinkes Gunungkidul menekankan pentingnya standar keamanan pangan yang ketat. Mulai dari pemilihan bahan makanan, cara pemasakan, penyimpanan, hingga distribusi ke siswa harus sesuai prosedur. “Penyedia makanan wajib menerapkan SOP dengan ketat, menjaga kebersihan dapur, menggunakan APD, dan melakukan pengendalian hama secara aman,” tegas Ismono.

Ia juga mengingatkan agar kebiasaan cuci tangan dengan sabun bagi pekerja dapur dan distribusi makanan benar-benar dijalankan. Penyimpanan bahan makanan harus dilakukan di tempat bersih dengan rak atau palet khusus agar tidak bersentuhan langsung dengan lantai.

Ismono menegaskan pihaknya akan meningkatkan pengawasan di lapangan. “Kami mengimbau seluruh penyedia layanan MBG lebih serius menjaga higienitas makanan, mulai bahan baku hingga penyajian. Ini langkah penting agar kejadian serupa tidak terulang dan keselamatan anak-anak terjaga,” ujarnya. [*] Disarikan dari sumber berita media daring

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |