Monyet Kuasai Wonogiri! 25 Kecamatan Diserbu Tanpa Ampun

1 week ago 16

KeraIlustrasi serangan kera. Istimewa

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM Serangan monyet di Kabupaten Wonogiri kini makin menggila. Bukan sekadar mengganggu ladang, kawanan monyet ini kini masuk ke rumah-rumah, membuka genting, dan mencuri makanan warga. Tragisnya, tidak ada satu pun dari 25 kecamatan di Wonogiri yang selamat dari serbuan primata liar ini!

Ya, Anda tidak salah baca—seluruh kecamatan di Wonogiri telah diserbu monyet! Termasuk Kecamatan Paranggupito yang dikenal sebagai surga wisata pantai, kini tak lagi bebas dari kehadiran gerombolan monyet tak diundang.

Sebagai catatan penting, serangan tidak selalu merata ke seluruh desa dalam satu kecamatan. Dalam banyak kasus, hanya beberapa desa yang menjadi sasaran, sedangkan desa lain masih aman—untuk sementara waktu.

“Kera-kera (monyet) ini merusak ketela dan jagung kami. Kami rugi besar,” ujar Kades Gunturharjo, Suyadi, beberapa waktu lalu.

Dwi Hartono Kades Paranggupito, mengaku para petani kini harus berjaga di ladang siang hari.

“Kalau ada hajatan atau keperluan sosial, ladang ditinggal sebentar saja, langsung diserbu. Mereka tahu kapan kami lengah,” ungkapnya.

Tak hanya itu, Ani (47), warga Kecamatan Baturetno, mengaku dapurnya acak-acakan karena ulah monyet.

“Saya kira maling, ternyata monyet masuk dari atap dan obrak-abrik semua. Nasipun habis!” katanya kesal.

Riyanto, petani dari Giriwoyo, menyebut sudah habis akal. Sudah memakai boneka orang-orangan sawah, memelihara anjing dan lainnya. Namun cara-cara itu tidak mempan lagi.

Ketua Komisi II DPRD Wonogiri, Supriyanto, menyebutkan bahwa fenomena ini bukan hanya terjadi di wilayah pinggiran hutan. Kecamatan seperti Karangtengah, Batuwarno, hingga Sidoharjo juga mengalami hal serupa.

Namun, ada harapan. Warga Karangtengah dulu sukses menerapkan strategi cerdas: mengganti tanaman yang disukai monyet ke tanaman yang tidak menarik bagi mereka seperti porang, empon-empon, dan janggelan.

“Tanaman itu tidak disukai monyet, dan hasilnya bisa diekspor. Pendapatan malah meningkat,” terang Supriyanto.

Meski begitu, ia mengakui bahwa pendekatan ini belum tentu bisa diterapkan di Paranggupito maupun wilayah lain.

“Tanaman seperti palawija atau padi gogo sulit diganti dengan tanaman seperti merica khusus di Paranggupito, tanpa kajian mendalam. Dulu pernah ada solusi dengan mendatangkan warga suku Baduy, namun kami belum tahu apakah solusi yang sama bisa dilakukan saat ini,” jelasnya.

Kini, masyarakat berharap ada langkah serius dari Pemkab Wonogiri maupun institusi terkait. Sebab, ini bukan sekadar gangguan pertanian. Ini sudah menyangkut keamanan, ketentraman, bahkan psikologis warga.

“Wonogiri bukan lagi tentang nyamannya desa dan sejuknya alam. Sekarang, ini tentang bertahan hidup dari serangan monyet,” ujar salah satu warga.

Monyet memang bukan musuh baru, tapi kini mereka hadir bak pasukan nyata yang menyerang 25 kecamatan sekaligus. Apakah ini pertanda Wonogiri butuh ‘pasukan khusus’? Aris Arianto

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |